Review

[REVIEW] LIMITLESS SEASON 1 EPISODE 20: Hi, My Name is Rebecca

Menjelang akhir season 1, Limitless menayangkan episode yang memfokuskan diri pada Rebecca. Penonton dibawa untuk melihat Rebecca “buka-bukaan” menganai masa lalunya. Tak hanya itu, bersama Brian Finch, Rebecca harus berani menghadapi salah satu musuh besar yang selama ini sudah masuk dalam target operasi mereka.

snipe2

Episode dibuka dengan pemandangan unik ketika sebuah peluru mengarah ke Rebecca lalu terdengar monolog dari dirinya sendiri. Familiar? Yup, jika biasanya yang melakukan hal tersebut adalah Brian, di episode ini Rebecca-lah yang akan bercerita kepada penonton mengenai kehidupan pribadinya.

Pada akhir episode lalu Rebecca diketahui masuk ke apartemen Brian dan langsung melakukan interogasi perihal hubungan Brian dengan Senator Morra dan Jarrod Sands. Tak ada usaha untuk menutup-nutupi, Brian berkata jujur tentang segala hal yang telah ia sembunyikan dari agen FBI tersebut, termasuk rahasia mengapa ia bisa imun dari efek negatif NZT. Selain itu, Brian juga mengungkapkan pelaku pembunuh ayah Rebecca.

sands

Yang mengejutkan, Rebecca kemudian memutuskan untuk minum pil sakti NZT untuk pertama kalinya. Semua dilakukan untuk mencari kebenaran atas kematian sang ayah. Brian yang tahu konsekuensi dari NZT sudah berusaha mati-matian untuk mencegah Rebecca meminum pil, namun tak digubris. Scene kemudian berubah menjadi lebih hidup saat pil di dalam tubuh Rebecca mulai menampakkan efek yang selama ini belum pernah ia rasakan. Seluruh sensitivitas sensor dan indera miliknya meningkat drastis.

Di sisi lain, Sands bersama beberapa orang misterius diketahui telah menculik Piper. Di bawah ancaman, Piper bersedia membuat immunity shot alias penetral NZT untuk mereka. Artinya, kelompok Sands akan bebas menggunakan NZT dan tak akan bergantung dengan Morra hanya demi mendapat immunity shot. Meski agenda besar belum diketahui, rencana terdekat kelompok Sands adalah menyingkirkan Brian dan Rebecca. Sands terlihat keberatan, namun akhirnya mengiyakan permintaan tersebut.

Brian dan Rebecca mulai bekerja sama menginvestigasi orang-orang yang berhubungan dengan Sands. Menarik melihat keduanya yang dalam pengaruh NZT saling bahu membahu. Jika dahulu Rebecca selalu ketinggalan kereta, hari ini ia bisa mengimbangi kecerdasan Brian bahkan terkadang terlihat lebih pintar.

father

Rebecca juga mengalami apa yang dialami oleh Brian, yaitu ketika dalam pengaruh NZT ia dapat melihat sosok-sosok fiktif yang terlihat begitu nyata. Sosok yang mengikuti Rebecca tak lain tak bukan adalah ayahnya sendiri. Sang ayah juga berkontribusi dalam memberi petunjuk, terutama saat membantu Rebecca mengatasi luka tembak di bahu kirinya. Dalam beberapa kesempatan terlihat pula ayah “fiktif” dan Rebecca saling curhat.

Dalam episode ini ada dua bagian favorit saya. Yang pertama adalah ketika mereka menemui Houston, rekan Sands yang sedang koma. Karena komunikasi verbal tak dimungkinkan, mereka lalu mencoba membuat mesin homemade EEG (pembaca gelombang otak) untuk mendapatkan informasi dari reaksi otak Houston. Adegan tersebut mengingatkan saya dengan MacGyver yang terkenal dapat membuat berbagai macam hal dari benda-benda di sekitarnya. Melalui alat EEG buatan sendiri, mereka dapat berbicara dengan orang sekarat layaknya berbicara dengan orang normal.

worktogether

Hal luar biasa yang kedua adalah ketika Brian dan Rebecca mencoba merekonstruksi penampakan seseorang “hanya” dengan membaca jutaan kode angka dan huruf genetik milik orang tersebut. Hal yang mustahil dilakukan untuk orang non-NZT. Proses pencarian jauh lebih cepat karena kini Rebecca bisa membantu Brian dalam mengelompokkan kode-kode DNA tersebut.

Kekurangan episode ini, menurut saya, terlalu memfokuskan diri kepada duet Rebecca-Brian, sehingga melupakan kontribusi karakter lain. Seperti Mike & Ike yang kali ini sama sekali tak menampakkan diri. Kemudian Naz dan Boyle yang dalam episode ini kemunculannya hanya sebentar, secara mengejutkan tiba-tiba bisa turut campur dalam misi membidik Sands, padahal dari awal hingga menjelang akhir mereka seperti berada di luar lingkaran.

Meski demikian, episode “Hi, My Name is Rebecca” jelas membuat penonton lebih mengenal agen FBI tersebut. Story-arc tentang Rebecca yang mencari kebenaran tentang misteri kematian ayahnya berakhir di sini. Hubungan yang sempat memanas dengan Brian juga perlahan mencair. Namun kemudian muncul pertanyaan, kemana Brian harus mendapat immunity shot? Tanpa suntikan penetral itu, Brian tak akan bertahan lama jika harus terus meminum NZT. Jika demikian keadaannya, apa yang akan dilakukan Brian tanpa NZT? Bagaimana ia bisa melacak Piper? Lebih jauh lagi, bagaimana ia menghadapi Morra?

sms

Masih ada dua episode tersisa yang akan menjawab semua pertanyaan kita di season ini. Yang sedikit mengkuatirkan bagi saya, Limitless serasa sedang membangun ending untuk season finale. Setelah Sands, praktis hanya tinggal Morra target Brian selanjutnya. Jika Brian-Morra berakhir pula kali ini, di season mendatang seharusnya Brian akan punya misi yang benar-benar baru. CBS memang belum mengumumkan jika Limitless akan masuk ke season 2 atau tidak, namun dengan performa sebagus ini sepertinya masih terbuka kemungkinan serial ini berlanjut.

Tinggalkan Balasan