Review

[REVIEW] RUSH HOUR Season 1 Episode 2: Two Days or the Number of Hours Within that TimeFrame

Episode perdana Rush Hour memang tidak sesuai ekspektasi pecinta tv series kebanyakan. Alasannya? Kurang original, jokes basi, dan performa aktor yang membosankan. Namun sepertinya semua berubah 180 derajat ketika serial ini menginjak episode kedua. Ini baru menarik!

Saya sempat tidak bisa menebak kemana arah Rush Hour selepas ending episode minggu lalu. Kalau melanjutkan perburuan terhadap adik Lee, tentu akan membosankan bila sepanjang season terjebak dalam plot tersebut. Semua baru terjawab dalam episode Two Days or the Numbers… blablabla (yup, sub judulnya memang panjang banget). Rush Hour kini resmi ber-genre procedural crime drama. Bad news or good news?

skull

Episode dua diawali dengan adegan suami istri yang sedang bersantai sembari menonton film horor di malam hari. Saat lampu mati, tiba-tiba mereka dikagetkan dengan kehadiran sekelompok orang bertopeng mirip Scream dan merampok mereka. Tidak cukup hanya merampok, grup tersebut kemudian membunuh pasangan tersebut secara keji. Opening yang cukup menegangkan, guys!

trio

Ternyata, perampokan yang disertai pembunuhan tersebut bukanlah kejadian pertama dan terakhir. Masih ada kasus dengan modus operandi serupa yang terjadi dalam kurun waktu seminggu. Kepolisian L.A. harus menghentikan kejahatan itu sebelum bertambah korban lebih banyak. Sayangnya, polisi tak banyak memiliki petunjuk sebab grup pembunuh dan perampok tersebut cukup rapi dalam melancarkan aksinya. Bersama dengan anggota LAPD lainnya, Carter dan Lee ditugaskan untuk mencari petunjuk mengenai kasus tersebut.

Awalnya Carter dan Lee tak sengaja menangkap seorang dealer narkoba ketika sedang berkeliling kota. Ternyata orang yang ditangkap bernama Gerald—sepupu dari Carter. Secara mengejutkan, Gerald memakai jam tangan mahal yang diduga milik korban pembunuhan dan perampokan. Carter mengusulkan agar Gerald diikutsertakan dalam penyelidikan, namun Captain Cole menolak dengan tegas.

Bukan Carter namanya kalau tidak melanggar aturan. Diam-diam ia mengeluarkan Gerald dari tahanan dan menyuruh Gerald menghubungi seluruh koneksi yang ia miliki di jalanan untuk mencari petunjuk dari mana jam tangan mahal tersebut berasal. Lee terang-terangan menolak “jalan pintas” Carter yang melibatkan Gerald. Sepanjang cerita, banyak percikan konflik Lee-Gerald-Carter yang menambah rumit permasalahan.

ice

Lee dan Carter lebih terlihat lebih padu di episode kedua ini. Mereka juga terlihat lebih santai dalam berakting sehingga penonton pun bisa enjoy melihat aksi mereka di sepanjang episode. Saya mulai bisa menerima jokes dari mulut Justin Hires sebagai Carter. Alasannya karena lelucon yang dilontarkan tidak lagi mengkopi versi film sehingga terdengar cukup segar. Jika di episode lalu saya sama sekali tak tersenyum, di episode ini ada banyak adegan menghibur yang sukses memancing senyum.

Dari segi cerita juga campur aduk; ada tegangnya dan ada lucunya. Kasus yang dihadirkan memang straightforward, namun cara Carter dan Lee dalam menyelidiki kasus membuat alur menjadi dinamis. Yang paling saya suka adalah hubungan Gerald dan Carter. Ada cerita mengharukan dibalik hubungan mereka sebagai sepupu. Sama sekali tak tertebak hingga akhir episode.

tumpuk

Secara keseluruhan, Rush Hour episode kedua berhasil membangkitkan minat saya untuk mengikuti serial ini. Semoga saja episode-episode mendatang lebih menarik lagi.

GeNocite

  • Cermati dialog-dialognya. Kalau kalian sadar, ada easter egg yang berhubungan dengan aktor asli Rush Hour versi film!

Tinggalkan Balasan