Review

[REVIEW] THE NIGHT MANAGER Episode 5

Pada episode lalu Jonathan Pine meninggalkan Burr dengan tanda tanya besar ketika Pine tak mau ditarik dari operasi penyamaran. Burr pun tak yakin apakah Pine masih komit dengan misi atau memang sudah berubah haluan dan membela Roper. Episode yang berat untuk Burr karena semua bantuan yang ia dapat minggu lalu, dihancurkan dalam sekejap oleh kepentingan pihak yang korup.

Sudah bukan rahasia jika sedari awal ada banyak orang di intelijen dan pemerintahan yang melindungi tindak tanduk Roper. Mereka berdalih apa yang dilakukan Roper memang dibutuhkan. Namun jangan cepat percaya karena kita pun tahu Roper sudah membayar mahal orang-orang di posisi strategis agar bisnis kotornya berjalan lancar. Karena itu pula usaha Burr seakan sia-sia saat berusaha menjaga operasinya tetap rahasia. Roper sudah tahu jika ada pengkhianat di kalangan orang dalam, namun belum tahu pastinya. Dengan mimik muka penuh kecurigaan, Roper menyatakan “anyone can betray anyone, Jonathan.”

senyum

Sepanjang empat episode kita diperlihatkan dengan keglamoran hidup Roper: tempat-tempat eksotis, kekasih cantik, restoran premium, setelan jas keren, dan kediaman Roper nan megah. Hidup yang sempurna bagi manusia, bukan? Pada episode ini semua kemewahan tersebut harus ditinggalkan karena Roper mengajak Pine mengunjungi area terpencil di Turki, dekat perbatasan Suriah untuk menemui calon pembeli senjata.

Kita akhirnya benar-benar melihat kebrutalan bisnis Roper. Di sana ia berpura-pura menjadi dermawan yang membagi banyak bantuan untuk penduduk miskin setempat, namun tujuan sebenarnya adalah untuk demonstrasi senjata dalam skala besar. Betul, lupakan demo ala agen MLM atau demo masak sekalipun, karena pertunjukan yang direncanakan Roper benar-benar belum pernah kita lihat sebelumnya.

merc

Scene malam yang sepi berubah menjadi layaknya pertunjukan kembang api saat tentara bayaran milik Roper memperlihatkan beragam senjata canggih beserta cara kerjanya. Konsepnya menarik karena Pine, Roper, dan calon pembeli melihat “medan perang” buatan dari atas bukit. Entah berapa modal yang dikeluarkan Roper untuk menerbangkan drone, menembakkan ratusan senjata, menjatuhkan cluster bombs, dan lain sebagainya. Saat melihat scene tersebut perasaan penonton akan terbagi menjadi dua; di satu sisi kagum melihat demo, namun di sisi lain kita sadar bahwa senjata-senjata dan bom itulah yang bisa berpontensi kejahatan kemanusiaan. Wait, “berpotensi?” Salah besar. Sudah ada korban dari pertunjukan kembang api yang dilakukan Roper tersebut.

ledakan

Saya akui The Night Manager membentuk Roper dengan unik. Dia seorang yang benar-benar berkharisma, jenius, namun tetap ada unsur sosiopat yang tersirat di mimik wajahnya. Kali ini ia benar-benar berubah menjadi keji ketika Jed turut serta diikutkan dalam camp yang penuh dengan lelaki tentara bayaran. Jed jadi satu-satunya wanita di sana, dan bayangkan saja ratusan pria memandangnya dengan pandangan “haus darah”. Bagi Jed, perbuatan Roper sangat melecehkan. Tentu perlakuan Roper kepada Jed tidak berhenti hanya di situ saja.

Di sisi lain, Pine harus berurusan dengan Corky yang punya kecurigaan tingkat tinggi terhadapnya. Corky adalah satu-satunya pihak yang dari awal melihat gelagat aneh Pine. Dia pula yang tahu bahwa Pine punya hubungan khusus dengan Jed. Keberadaan Corky sangat mengancam misi Pine. Klimaksnya, Pine harus melakukan sesuatu yang tak disangka-sangka di episode ini untuk mengamankan posisinya.

kumpul

Di London, Burr semakin mendapat ancaman serius. Orang-orang di posisi yang lebih tinggi berlomba untuk menekan Burr agar menghentikan operasi rahasianya. Sebelum ini kita tahu Burr sudah punya nama-nama pegawai intelijen dan pemerintahan yang terlibat, namun Burr masih belum bisa menggunakannya untuk mendukung misi. Tak heran musuh Burr bertindak lebih agresif lagi dengan “mengunjungi” rumah Burr dalam konteks negatif.

Well, sutradara Susanne Bier lagi-lagi mengubah pallete suasana dari episode ini. Dari glamor menjadi manly. Terasa sangat action dengan banyak scene yang melibatkan senjata, tentara, bahkan kelakuan keji dari bad guys dan good guys. Tom Hiddleston terlihat berbeda dengan setelan baju tentara di sepanjang episode, kecuali di akhir ia harus memakai jas dengan penuh ketakutan karena tahu bahwa tempat terakhir yang akan ia kunjungi sangat familiar di masa lalunya.

Tinggalkan Balasan