Game of Thrones Review

[REVIEW] GAME OF THRONES Season 6 Episode 2: “Home”

*Spoiler alert! Harap menonton episode Game of Thrones Season 6 episode 2 sebelum lanjut membaca*

Saya rasa banyak fans Game of Thrones yang bersorak sorai setelah melihat ending episode “Home” yang tayang hari Senin lalu. Teori demi teori, prediksi demi prediksi, akhirnya terbayar lunas meski masih sangat prematur untuk membicarakan ke mana cerita akan bermuara mengenai “plot yang satu itu.” Well, bisa dibilang episode kali ini cukup intens dan padat. Beberapa plot penting memang tak disorot, namun lagi-lagi semua terbayar dengan ending yang epik. I’m going home!

Judul “Home” memang sangat dalam artinya untuk episode ini. Kepulangan tidak selalu diartikan secara literal, namun terkadang makna yang tersirat jauh lebih berarti banyak. Dan itu dibuktikan dengan storyline beberapa karakter di episode ini.

Bran Stark’s back!

Saya masih ingat di season pertama Bran Stark adalah satu-satunya karakter yang membuat penonton mudah meleleh. Siapa juga yang menyangka ia akan memegang potensi besar di pagelaran akbar Game of Thrones. Anyway, welcome back Bran! Setelah hibernasi selama satu season untuk bergaul dengan orang yang jauh lebih tua darinya, Bran akhirnya menampakkan diri dengan beberapa adegan menarik. Ia bisa berjalan-jalan dengan kedua kakinya meski hanya dalam bentuk penglihatan khas psychic. Bersama Three-Eyed Raven kita dibawa Bran mengarungi ruang dan waktu menuju…

branstark.jpg

Alkisah di sebuah kerajaan beranama Winterfell, semua orang hidup dengan bahagia. Di salah satu sudut kota, Ned Stark dan Benjen Stark muda terlihat asyik berlatih menggunakan pedang dan tameng kayu. Kemudian Lyanna (Bibi Bran yang bernasib buruk) menghambur datang sembari menunggang kuda putih nan anggun. Namun adegan tersebut bisa kita lupakan karena penulis cerita dengan jitu mengalihkan perhatian kita kepada karakter yang tak begitu penting namun memancing rasa penasaran sejak kehadirannya pertama kali. The Super-mega Hodor yang bernama asli Wylis ternyata bisa berbicara normal lebih dari sekedar mengucap “Hodor.”

Ada beberapa line menarik juga antara Bran dan Three-Eyed Raven setelah itu, terutama sekembalinya mereka dari “jalan-jalan.” Bran bersyukur akhirnya bisa melihat seuatu yang ia inginkan, namun ia marah karena harus ditarik begitu cepat.

It’s beautiful beneath the sea, but if you stay too long you’ll drown.”

Bran menjawab, “I wasn’t drowning. I was home.”

Sang raksasa Hodor masih setia menemani Bran, namun tetap dalam mode “Hodor.” Entah ia mengalami trauma apa semasa kecilnya yang membuat Hodor begitu berbeda. Meera juga ada di luar setia menunggu Bran. Child of Forest yang muncul tiba-tiba meyakinkan dia jika Bran akan membutuhkannya.

Okay, kembali ke Winterfell di masa sekarang.

Finally, Sansa dan Brienne punya kesempatan untuk membicarakan Arya. Melegakan rasanya setelah sekian lama Sansa tahu jika saudarinya tersebut selamat. Theon yang masih terpenjara dalam rasa bersalah tak henti-hentinya menyalahkan diri sendiri. Mudah rasanya untuk kita melihat dia begitu hancur di dalam dirinya. Ia tak bisa kembali ke Castle Black, karena setelah pengkhianatan dan perbuatan lain yang ia lakukan terhadap Stark, tentu Jon Snow tak akan menyambut dengan tangan terbuka. Kasihan, mereka belum tahu kalau sang anak haram Stark sudah terbujur kaku di Castle Black. Well, Theon memutuskan untuk pergi ke barat.

Masih di wilayah yang sama, Ramsay jadi karakter yang paling menjijikkan bagi penonton. kelakuannya sungguh tak bisa diterima akal sehat. Roose Bolton jadi korban kebiadaban Ramsay, dengan Torrhen Karstark yang jadi saksinya. Tak cukup sampai disitu karena Ramsay kemudian membunuh Walda dan bayi yang baru lahir (saudaranya) dengan melibatkan anjing-anjing besar yang kelaparan. Lebih baik untuk kita tidak memikirkannya…

Mari terbang ke Iron Islands. Ada kejadian apa di sana?

Yara dan Balon Greyjoy bersitegang dengan membicarakan “War of the Five Kings.” Tak menemui titik tengah, Balon keluar menuju jembatan reyot di tengah-tengah hujan badai. Di ujung lain ada sosok bermantel yang akan kita tahu sebagai… Euron Greyjoy! Dia saudara Balon, dan sama gilanya dengan yang lain. Setelah membuat Balon terjun bebas dari jembatan, dia kemudian menghilang. Yara bersumpah untuk mencari pembunuh Balon. Tak bisa dibayangkan apa reaksi Theon sesampainya di Iron Islands.

Mari kita lihat perkembangan di King’s Landing

Lannisters masih dalam suasana sendu, terutama Cersei. Setelah berdiskusi dengan Jaime, Tommen akhirnya menemui sang ibu di Red Keep untuk mengakui jika dia sudah menjadi raja dan anak yang mengecewakan untuk Cersei. Kalau boleh jujur, Cersei juga demikian. Apalagi blunder-blunder yang ia lakukan di musim lalu sungguh membuat kecewa penonton. Apapun itu, sang anak dan ibu punya momen yang mengharukan untuk keluarga sekelas Lannisters.

Di The Sept, Jaime dan High Sparrow berada di dekat jenazah Myrcella. Pembicaraan yang kurang menyenangkan bagi Jaime. Sparrow jelas ada di atas angin, namun siapa yang tahu apa tindakan Lannisters berikutnya.

Justru yang menarik perhatian saya adalah melihat sang raksasa penjaga Cersei. Saya suka dengan adegan ketika ia membuat hancur kepala seorang yang telah menghina Cersei. Cukup sekali hentakan kecil ke tembok, maka seisi kepala orang naas tersebut muncrat keluar.

Apa kabar Tyrion dan Varys di Meereen?

Tyrion dengan gaya khas mengingatkan Varys dan Missandei bagaimana perkasanya naga di jaman dahulu. Leluhur Dany dapat menaklukan Westeros dengan menunggang para naga. Namun kemudian naga dikurung hingga berevolusi menjadi sebesar kucing. Naga tak akan berumur panjang jika dikerangkeng seperti yang dilakukan Dany sekarang. Tyrion melakukan hal yang paling berbahaya sepanjang hidupnya. Mungkin karena mabuk?

Ia dan Varys mendatangi Rhaegel dan Viserion, dua naga yang dikurung oleh Dany. Momen terbaik sepanjang episode mungkin saat Tyrion berdekatan dengan sang naga. Saya penasaran mengapa sang naga tidak memanggang Tyrion. Benarkah yang dikatakan sang Lannister cebol mengenai naga adalah makhluk cerdas dan mereka sudah menganggapnya sebagai teman? Ataukah Tyrion diam-diam punya special bonding dengan sang naga? Apapun itu, sangat menghibur mendengar dialog yang keluar dari mulut Tyrion. Menggelitik namun tetap to the point.

Di Braavos…

arya

Arya Stark bertemu dengan sosok Jaqen H’ghar. Ia diiming-imingi segudang kenyamanan, namun bersikeras Arya tak menyebut nama aslinya. Arya kemudian disuruh untuk mengikuti langkah Jaqen. Oh iya, sebelumnya ia juga sempat bertarung sebentar dengan sosok gadis yang ditemuinya di episode lalu. Sayang, tak ada progress berarti dari plot Arya ini.

Akhirnya, bagian terbaik dari episode ini. Istilah orang-orang sih, Save the best for last.

Di Castle Black, loyalis Jon Snow di bawah pimpinan Ser Davos hampir kehilangan nyawa ketika Thorne menjebol pintu tempat mereka berlindung. Tiba-tiba Eddison Tollet muncul bersama para Wildlings yang dipimpin oleh Tormund Giantsbane. Alliser Thorne tak berkutik dan langsung ditahan bersama pengikutnya.

Davos akhirnya meyakinkan Melisandre untuk melakukan sesuatu terhadap Jon Snow. Kodratnya sebagai The Red Priestess tak boleh disia-siakan, bukan? Setelah mengadakan ritual kecil, Jon Snow masih tak bereaksi. Benar-benar terlihat mati. Semua berpikir Melisandre gagal, namun ketika ruangan kosong, dan hanya menyisakan Snow dan Ghost…. Bhamm!!! Mata Jon Snow terbuka! Yup, Jon Snow hidup kembali! Silahkan berjoget dan bergembira, wahai para fans! Mumpung masih bisa…

snow

Mungkin beberapa orang sudah menduga. Melisandre ada di sana karena sebuah alasan. Ralat, karena satu-satunya alasan. Belum jelas apa implikasi dari kejadian besar tersebut ke depan. Adakah harga yang harus dibayar dengan kebangkitan Jon Snow? Masihkah dia menjadi the same Jon Snow yang kita kenal  sebelum ia bertemu dengan kematian?

Ada perasaan lega, ada pula kekuatiran mengenai plot Jon Snow. Meski menyenangkan melihat dia kembali menghirup oksigen, kebangkitannya tak serta merta harus dirayakan. Semudah itukah serial ini memuaskan hasrat para fans? Overall, episode ini benar-benar terasa intens dan menguras emosi. Namun jika ditanya mana bagian favorit di episode ini, saya akan mati kebingungan untuk memilih antara Tyrion dan para naga, atau kejadian di Castle Black.

3 thoughts on “[REVIEW] GAME OF THRONES Season 6 Episode 2: “Home”

  1. Bagus reviewnya. detail & updatenya cepet.
    tapi saran aja ke depan isinya ga cuma review GOT , tapi ada bahasan lainnya juga

Tinggalkan Balasan