Game of Thrones Review

[REVIEW] GAME OF THRONES Season 6 Episode 9: Battle of The Bastards

SPOILER ALERT! Harap menonton episode “Battle of The Bastards” sebelum lanjut membaca ulasan di bawah ini

Setelah setup selama satu season, pertempuran skala besar yang ditunggu-tunggu pun tiba di episode ke-9 Game of Thrones season 6. Brutal, terstruktur, dan menegangkan. Investasi penonton terbayar lunas dengan kualitas yang mengagumkan, baik dari segi cerita maupun visualnya. Tak hanya di Winterfell, episode ini juga menampilkan pertempuran lain yang tak kalah menarik.

Meskipun tajuk utama tetap pertempuran antar anak haram, episode ke-9 dibuka dengan pemandangan pasca kedatangan Daenerys di…

Meereen

Dany berdiskusi dengan Tyrion saat piramida tempat mereka berlindung digempur habis-habisan. Menarik, ketika Dany berhasrat ingin gantian membakar kota milik The Masters, Tyrion mengungkap alasan sebenarnya mengapa Jaime membunuh The Mad King. Ayah Dany tersebut sempat memiliki strategi serupa ketika ingin menghanguskan King’s Landing beserta seluruh penduduknya. Tyrion menyarankan pendekatan yang lebih “persuasif.”

Kemudian mereka dibawa ke atas piramida, bertemu dengan para slave masters. Saya suka dengan adegan tersebut. Sekilas tampak Tyrion/Dany ingin menyerahkan diri, namun ternyata keadaan berubah 180 derajat ketika Dany memanggil Drogon, lalu terbang bebas di atas Meereen yang sedang membara. Tak lama kemudian, dua saudara Drogon yang sebelumnya dikurung— Rhaegal dan Viserion—datang “menghangatkan” suasana. Kapal-kapal yang terlihat begitu jumawa kini tak ada bentuknya lagi setelah Dany merapal kata sakti:

 “Dracarys”

Dan… Booom!

Scene ketiga naga yang beterbangan di langit Meereen, lalu membakar kapal demi kapal benar-benar memanjakan mata. Jauh sekali dari kesan ecek-ecek. Terlihat top class! Bahkan menurut saya bisa disandingkan dengan efek CGI milik film-film box office ala Holywood. Salut untuk HBO yang mau memperhatikan detail-detail CGI seperti ini.

Kini Tyrion berada di atas angin. Para Masters tak berkutik kemudian memohon ampun. Tyrion hanya menyanggupi dua orang yang akan diselamatkan. Setelah dua Masters sepakat menunjuk orang yang di tengah, Grey Worm datang menghampiri dan justru menggorok leher dua Masters tersebut dengan sekali tebasan menggunakan dagger. Twist yang menarik.

nego
Credit: HBO

Pertanyaan saya minggu lalu terjawab juga akhirnya; apakah Dany datang dengan Drogon atau bersama Dothraki? Ternyata bersama keduanya. Para pendekar berkuda dengan ganas memasuki kota dan membantai anggota Sons of the Harpy. Semoga saja tindakan Dany membawa kaum Dothraki ke kota Meereen tak berdampak buruk, karena kita tahu sendiri bagaimana tabiat “liar” mereka.

Ada kejadian menarik setelah Meereen dapat dikendalikan oleh Tyrion Dany. Adalah kedatangan super kilat dari Theon dan Yara Greyjoy yang sangat mengejutkan. Wow, benar-benar cepat! Kalau kalian punya peta Westeros & Essos dari GoT, Meereen terletak teramat jauh dari Iron Islands. Bagaimana bisa mereka datang secepat itu ke Meereen? Ingat, mereka berlayar, bukan menembus jalur alternatif via daratan.

Anyway, di sini kita tahu maksud Yara yang ingin membentuk aliansi dengan Dany sebelum sang paman Euron melakukan hal yang sama. Negosiasi antara Dany dan Yara berjalan cukup mulus, meski ada sedikit tentangan dari Tyrion. Saya juga suka fakta jika masing-masing dari mereka saling terbuka karena senasib memiliki ayah yang jauh dari kata ideal; Tywin Lannister, Aerys Targaryen, da Balon Greyjoy. Tidak perlu dijelaskan lagi kiprah ketiga sosok tersebut.

naga
Credit: HBO

Dany punya cita-cita mulia; membangun dunia yang lebih baik. Tapi saya sangsi, apakah kombinasi Dothraki dan ketiga naga yang ia punya dapat benar-benar membantunya mencapai tujuan mulia tersebut? Apalagi Dany terlihat masih labil dengan keputusan-keputusan yang kurang bisa dipertanggungjawabkan. Tyrion jelas harus bekerja ekstra keras agar Dany tak keluar jalur.

Menu pembuka sudah disajikan, kini saatnya kita menyimak…

Winterfell: Jon Snow vs. Ramsay Bolton

Momen yang ditunggu-tunggu sepanjang season akhirnya bisa kita saksikan. Jon, Ser Davos, Tormund, Sansa, dan si imut nan beringas—Lyanna Mormont, bertemu dengan Ramsay sehari sebelum pertempuran. Psy-war seperti akan dimenangkan oleh Ramsay ketika ia memaparkan perbandingan kekuatan antara ia dan Jon, apalagi ia punya Rickon Stark sebagai leverage. Sansa lalu dengan berani memotong pembicaraan dengan berkata:

 You’re going to die tomorrow, Lord Bolton. Sleep well…”

Badass Sansa!

Malam harinya, Ser Davos, Jon, dan Tormund membicarakan strategi peperangan. Ada momen menggelitik ketika Tormund banyak melongo (baca: nggak nyambung) dengan strategi Davos dan Jon. Sansa ada di sana namun tak berkata sepatah katapun, sampai akhirnya meeting selesai dan konflik Jon dan Sansa terjadi.

Agak aneh untuk saya ketika Sansa sama sekali tak menyebutkan surat misterius yang ia kirim di beberapa episode lalu. Padahal itu bisa berdampak besar pada jalannya pertempuran yang akan kita bahas nanti. Well, disini kita mempelajari fakta jika apapun yang terjadi Rickon tak akan selamat. Alasannya, posisi Rickon sebagai anak Stark “murni” yang masih berfungsi jelas menjadi ancaman bagi Ramsay. Jon menganggap pendapat Sansa sebagai hasil dari pikiran negatif belaka.

Oh, ada Melisandre juga di salah satu tenda. Jon menemuinya setelah berkonflik dengan Sansa. Namun fakta penting yang bisa kita lihat di episode ini adalah ketika Davos menemukan ukiran rusa yang ia buat dulu di tumpukan kayu untuk api unggun. Apakah ini awal dari konflik sebenarnya dari Davos dan Melisandre?

Pagi harinya, pasukan Jon dan Ramsay saling berhadapan. Ramsay menggebrak terlebih dahulu dengan mempermainkan Rickon. Betul, di satu sisi kita tahu Rickon tak akan selamat. Namun proses kematian yang dialami oleh Rickon jauh dari kata memuaskan. Kebanyakan drama kalau saya bilang. Antara Ramsay yang benar-benar jago dalam memanah, atau memang Rickon yang kelewat polos dengan berlari di satu garis lurus meski ia tahu sedang dibidik dengan menggunakan panah. Rickon akhirnya mati sesaat sebelum Jon meraih tangan adiknya itu. Keuntungan bagi Ramsay, karena Jon kini berada di area bidikan panah para prajurit Bolton. Seketika Jon dibanjiri dengan anak panah yang membunuh kuda tunggangannya.

Rickon
Credit: HBO

Salah satu scene paling epik adalah ketika Jon seorang diri bersiap menghadapi ratusan prajurit berkuda yang berlari kencang ke arahnya. Untung pasukan Jon datang tepat waktu. Pertempuran dimulai!

Scene peperangan “Battle of The Bastards” bisa dideskripsikan dengan tiga kata: brutal, epik, dan menegangkan. Literally terjadi pertumpahan darah. Pemandangan prajurit yang terseok karena kehilangan anggota tubuh atau usus yang tercerai berai bukanlah hal asing di sini.

Jon begitu perkasa dengan pedang Longclaw miliknya. Namun Ramsay terlihat lebih cerdik dengan taktik jenius. Pasukan miliknya mengepung pasukan Jon. Dengan formasi huruf “U” pasukan Bolton menempatkan prajurit dengan tameng tinggi di bagian depan, dan persis dibelakangnya ada prajurit yang memegang tombak. Secara serentak mereka maju perlahan untuk menusuk pasukan Jon yang terdekat dengan tameng. Strategi tersebut berhasil menyudutkan pasukan Jon! Entah kenapa strategi yang epik ini dilancarkan dengan begitu lambat. Padahal bisa saja pasukan Jon habis dalam sekejap. Anyway, para Wildlings ketakutan, kemudian berlari sporadis yang membuat Jon terjebak nyaris mati karena terinjak-injak. Saya cukup kagum dengan keberuntungan Jon. Ia dihujani anak panah, dikerumuni pasukan berkuda, diinjak-injak pula, tapi tidak mati.

kepung
Credit: HBO

Ketika Ramsay merasa akan menang, dari kejauhan terdengar terompet menggema. Ribuan pasukan kuda terlihat dengan banner House of Arryn. Yup, Knights of the Vale akhirnya benar-benar datang membantu. Ada Littlefinger dan Sansa yang memperhatikan dari kejauhan. Tanpa kesulitan, formasi pasukan Ramsay diobrak-abrik oleh pasukan Vale. Bahkan Tormund yang nyaris kalah dari Umber, bisa membalikkan keadaan. Puncaknya, Ramsay mundur ke kastil Winterfell.

Tindakan Sansa ini yang saya pertanyakan dari awal. Sansa sempat komplain karena ia tak diikutsertakan dalam jajak pendapat pada saat rapat strategi perang. Mengapa ia tak langsung mengatakan rencananya? Jon hampir mati, ratusan bahkan ribuan pasukan Jon juga sudah jadi korban. Mungkin jika Sansa mau terbuka, korban dari pihak Jon tak akan sebanyak itu. Strategi yang mereka racik sebelumnya juga pasti akan berbeda dengan kehadiran Knights of the Vale.

Si raksasa, Wun-wun mendobrak gerbang kastil, namun sayang Ramsay berhasil membunuhnya. Jon kemudian dengan perkasa membuat Ramsay babak belur. Sebelum kebablasan, ia melihat Sansa. Jon ingat bahwa ini adalah pertarungan Sansa.

Apa yang dilakukan Sansa selanjutnya cukup menarik. Ini pertama kali saya melihat Sansa begitu digdaya ketika berhadapan dengan Ramsay dari balik jeruji besi. Dengan tubuh terikat di kursi, Ramsay berhadapan dengan anjing-anjing miliknya yang sedang kelaparan. Meski diklaim anjing adalah hewan yang setia, akan berbeda kasus jika mereka kelaparan. Benar saja, wajah dan tubuh Ramsay dilumat oleh binatang peliharannya sendiri. Brutal!

Bye Ramsay…

Ramsay berbeda dengan villain lain yang ada di serial GoT. Dia suka menyiksa dan membantai orang tanpa kenal ampun dengan cara yang sangat disturbing. Perbuatannya kepada Sansa juga tak bisa dimaafkan oleh para fans. Di balik pikirannya yang licik, ia adalah pemimpin yang jenius. Intinya, Ramsay itu pure jahat. Karakternya yang begitu sempurna sebagai villain diperankan dengan apik oleh Iwan Rheon. Salut untuk aktor yang satu ini!

sansalittlefinger
Credit: HBO

Banner House of Stark dapat berkibar sekali lagi di Winterfell. Semua good guys selamat, kecuali Wun-wun dan Rickon tentunya. All Hail Jon Snow!

Conclusion

Episode yang epik! Saya puas dengan scene pertempuran di Winterfell, meski sejujurnya agak terganggu dengan dua poin: kematian Rickon yang terlalu didramatisir dan kedatangan pasukan Vale yang terlalu klise. Untungnya, kematian Ramsay sebagai seorang public enemy number one bisa dibilang memuaskan. Para fans GoT berandai-andai cara mati seperti apa yang pantas untuk villain sekelas Ramsay. Mungkin diantara kalian ada yang kurang puas juga? Kurang menyiksa? Overall, porsi action yang padat di episode ke-9 ini benar-benar keren.

Selanjutnya apa? Littlefinger masih “mengancam” dengan segala ide piciknya. Entah plot apa yang ia rencanakan setelah ini. Menikahi Sansa dan menjadi Lord of Winterfell? Jika benar, menarik juga melihat dia mengontrol bagian utara Westeros. Masih ada King’s Landing dengan musuh utama High Sparrow, dan plot Yara dan Theon yang mungkin tidak terselesaikan di season ini. Jangan lupakan pula Bran yang akan muncul lagi di episode finale “The Winds of Winter” minggu depan.

8 thoughts on “[REVIEW] GAME OF THRONES Season 6 Episode 9: Battle of The Bastards

  1. WUN WUN OHH WUN WUN WHY?????? salah satu tokoh yg paling ku suka difilm GOT ini selain si john snow ini adalah SI raksasa bernama wun wun INI yg sangat setia dan KUAT perkasa ini TAPI KENAPA DIA HARUS TEWAS DI PERTEMPURAN BASTARDS INI APALAGI TEWAS DITANGAN NYA SI PSIKOPAT ITU KAMPRETTTTT AKU LEBIH SUKA KALAU DIATEWAS KEHABISAN DARAH ATAU TERLUKA PARAH BEGITU KARENA SUDAH BANYAK PANAH YG MENUSUK JANTUNG NYA ITU

    OH YA SAUDARA ADMIN TAHU GAK BERAPA YA USIA NYA WUN WUN SI RAKSASA YANG SETIA DAN BERSAHABAT INI DAN BERAPA UKURAN TINGGI TUBUH NYA ITU BAHKAN SEEKOR KUDA PUN TERLIHAT KECIL SEKALI DI SAMPING WUN WUN BERDIRI

    DAN SELAIN SI WUN WUN INI DAN 2 ORANG RAKSASA YANG LAIN NYA YANG SUDAH MATI ITU APAKAH MASIH ADA RAKSASA LAIN NYA YANG MASIH HIDUP TUH

    DIWIKIPEDIA KATANYA ADA 5 ORANG RAKSASA LAIN NYA LAGI TAPI KAPAN MUNCUL NYA TUH

    1. Hai
      Setuju sekali. Kematian Wun Wun di tangan Ramsay memang bikin sakit hati. Apalagi dia sangat heroik di Battle of the Bastards.
      Hmm memang nggak banyak info yang tersedia tentang bangsa giants. tapi si Wun Weg Wun Dar Wun alias Wun Wun punya tinggi sekitar 14 kaki (kurang lebih 4 meter).
      Untuk umur dan keberadaan Giants lain masih jadi misteri…

  2. “Selanjutnya apa? Littlefinger masih “mengancam” dengan segala ide piciknya. Entah plot apa yang ia rencanakan setelah ini. Menikahi Sansa dan menjadi Lord of Winterfell?”
    ^
    ^
    Kemungkinan kalau ketahuan sama pihak North kalo Jon itu punya darah Targaryen (bukan darah Ned Stark seperti yang dibilang Lyanna Mormont), kayaknya Littlefinger bakalan beraksi dengan lidah liciknya, entah mempengaruhi para leader North atau Sansa untuk segera menurunkan Jon karena sudah tidak sah sebagai King in The North. Sebagai gantinya, Littlefinger mendesak Sansa yang keturunan Stark jadi Queen in The North. Dan dia sendiri yang akan menikahi Sansa supaya keturunan Queen In The North dari House Stark tetap ada. Sedangkan Jon Snow lebih berhak duduk di Iron Throne.

Tinggalkan Balasan