Game of Thrones Review

[REVIEW] GAME OF THRONES SEASON 8 EPISODE 6: “The Iron Throne”

WARNING! Full of spoiler S08E06!

 

Setelah delapan tahun, 74 episode, dan 70 jam kemudian… Inilah saatnya, kawan. Game of Thrones series finale. Akhir dari sebuah perjalanan yang penuh naik, turun, senang, kecewa, deg-degan. Sebuah serial yang dengan cepat menyergap imajinasi orang-orang di seluruh dunia, mendominasi tiap obrolan tentang pop-culture. Meskipun season terakhir sungguh kontroversial tapi toh kita tetap cinta, ya kan?

Surprisingly, meski agak skeptis karena tiga episode ke belakang agak underwhelming, episode “The Iron Throne” menyuguhkan ending yang sesuai (bukan bagus, sesuai). David Benioff dan D.B Weiss lumayan berhasil mengenkapsulasi beberapa loose end, termasuk mengakhiri plot penting seperti (konfirmasi) kematian Cersei dan Jaime, serta plot utama utama tentang…

Part 1: Awal dan Akhir Kekuasaan Dany
Kegilaan Dany butuh penjelasan. Tak bisa sekedar bergantung pada masalah keturunan saja. Mendedikasikan waktu untuk penonton bisa melihat justifikasi dari Dany—terutama setelah kematian Rhaegal dan Missandei, mungkin bisa membuat penonton “memaklumi” perbuatan Dany. Harapannya semua keluar di episode terakhir.

Sama seperti Jon yang mencoba mengkonfrontir dan membuka mata Dany. “Itu lho, anak-anak dan para wanita tak berdosa sudah kamu gosongkan.” Tapi toh Dany tetap pede dengan posisinya. Bicara muluk-muluk tentang ambisi menyatukan dunia—nggak cukup hanya Westeros saja. Persetan dengan kematian anak-anak atau siapapun itu.

Dan Jon akhirnya melakukan hal paling berguna di season 8: menusuk jantung Dany. Dany mati. Drogon ngamuk.

Mungkin agak mengecewakan karena banyak yang berharap kalau Arya-lah malaikat kematian Dany. Tapi seperti yang saya tuliskan disini, Arya sudah membunuh banyak karakter penting terutama Night King. Perannya secara meyakinkan sudah habis.

Okay, proses kematian Dany cukup mengharukan sampai titik tertentu, tapi somewhat terlihat klise. Nggak sampai bikin air mata netes, namun saya percaya scene ini bakal membekas di hati para penonton. Meskipun Dany menolak untuk membebaskan Tyrion (tentang nasib si kerdil nanti dibahas) namun ia sempat memperlihatkan sisi hangatnya dengan mengajak Jon untuk merayakan kemenangan dan melanjutkan perjuangan bersama-sama.

drogon
Gambar: Game of Thrones/HBO

Berhentinya detak jantung Dany tak hanya membangkitkan rasa emosional penonton, tapi juga Drogon. Si naga terbang ke dalam Red Keep, celingak-celinguk sejenak, lalu berhadapan dengan Jon sembari menyiapkan semburan api. Jon sudah siap-siap menghadapi kematiannya. Yang kedua.

Yakin deh, scene di atas cukup horor karena masuk akal kalau Jon mati di tangan (cakar?) Drogon. Ternyata, Drogon lebih memilih menghanguskan Iron Throne—seakan ia tahu kalau tahta itulah penyebab kematian sang ibu. Drogon pergi sambil membawa mayat Dany ke… entah kemana.

Random thought! Sempat terpikir skenario lain: Jon disembur api. Jon selamat secara epik (he’s Targaryen, though), Drogon balik tunduk sama Jon. Jon menunggangi Drogon dan mengklaim Iron Throne. Hahaha…

Anyway, the game is over. For Dany.

Tyrion Temui Ajal… 

Nggak kok. Tyrion nggak mati.

Agak mundur ke awal episode, Tyrion secara sah dan meyakinkan membantu penonton mengkonfirmasi nasib Cersei dan Jaime. Yup, dengan ditemukannya jasad pasangan incest itu, resmi Tyrion menjadi Lannister paling tinggi yang masih hidup. Tapi fakta itu nggak bisa mengalihkan betapa hancurnya perasaan Tyrion.

Saat Dany berapi-api pidato di depan Unsullied dan Dothraki (jangan tanya gimana caranya Dothraki bisa denger suara Dany dari jarah teramat jauh), Tyrion mendekati Dany. Nah, disini juga horor karena sekilas saya membayangkan Tyrion bakal menghabisi Dany. Kesan ke adegan itu ditampilkan dengan sangat gamblang.

Apa yang terjadi kemudian? Tyrion mencabut pin Hand of the King sebagai bentuk protes terhadap perbuatan Dany. Tyrion sudah tidak peduli kalau kematian bakal menjemputnya. Mungkin beberapa dari kalian menyamakan aksi Tyrion ini sama dengan tindakan Ned di season 1, dimana ia juga melepas pin Hand of the King dan melemparkannya ke depan King Robert.

Tyrion akhirnya ditangkap dan dipenjara. Surprisingly, ia tidak dieksekusi sesegera mungkin.

Jon menemui Tyrion. Ketidakmampuan Jon melihat persona orang, membuatnya masih di #TeamDany meskipun Tyrion mencoba membuka mata Jon. Ah, Tyrion juga ngaku kalau ia mencintai Dany. Hal ini menjelaskan ekspresi Tyrion ketika Jon pertama kalinya ehem-ehem di kapal pada season 7 lalu.

Tak bisa dipungkiri, Tyrion lah yang membuat Jon terbuka mata batinnya. Apalagi ketika Tyrion menyebut nama Sansa dan Arya—dua nama yang nggak suka sama Dany. Tahu kan, apa yang akan diperbuat Dany kepada para pembelot? Nah, fakta itu mungkin yang mengubah pendirian Jon.

Kalaupun GOT didera petisi remake, mereka harus melihat scene antara Jon dan Tyrion ini. Penuh callback, penuh dialog yang dalam nan menyentuh. Game of Thrones banget.

Part 2: The New King
Sesi kedua dari episode ini adalah sebuah time jump. Sebuah epilog yang bersetting waktu berminggu-minggu setelah kematian Dany.

Dimulai dari Grey Worm mengawal Tyrion ke Dragonpit (tempat dimana Jon dan Avengers mempresentasikan white walker di depan Cersei). Tyrion berhadapan dengan orang-orang paling berkuasa di Westeros: trio Stark, Samwell Tarly, Davos, Brienne, Edmure Tully, Prince Dorne tanpa nama, Yohn Royce, dan eng-ing-eng… Robin Arryn!

robinarryn
Pesan moral: rajin-rajinlah minum ASI

Mengejutkan ya kemunculan Robin Arryn? Robin terakhir kali terlihat pada season 6 lalu. Berbeda dengan tampilannya dulu, kini Robin Arryn terlihat gagah dan cucok deh…

Sansa bertanya kemana Jon. Grey Worm bersikeras kalau Jon harus membayar kejahatannya. Hal yang diinginkan Grey Worm adalah keadilan. Nasib Jon dan Tyrion tergantung keputusan Raja/Ratu, yang mana sekarang masih alpha.

Sangat menggelikan melihat Sam secara optimis smencoba mendirikan demokrasi di tanah Westeros untuk menggantikan sistem monarki. Nice try! Oh ada momen komedi lain ketika Edmure Tully tiba-tiba berdiri untuk memproklamirkan dirinya sebagai new ruler, tapi keponakannya, Sansa, menyuruh Edmure untuk duduk. Sansa keren banget.

Dengan kemampuan bicara yang top markotop, Tyrion pun memanjangkan ide brilian Sam. Make sense, disitu duduk para petinggi Westeros, so choose one! Tyrion membuat poin sempurna ketika menanyakan “apa yang mempersatukan orang?”

“Kisah. Cerita. Stories…”

Nggak ada yang punya kisah sesempurna… Brandon Stark. Yup, ini anak didorong dari ketinggian, lumpuh, tapi belajar untuk terbang dan akhirnya menjadi Three Eyed Raven. Dia tahu segala kisah tentang masa lalu dan masa depan.

Dipikir-pikir, sosok Bran memang cocok untuk memimpin Six Kingdoms (Sansa tetap ingin Winterfell independen). Ia jauh lebih bijaksana dan punya visi untuk memimpin lebih baik dibanding Jon Snow. Bran nggak punya kepentingan untuk duduk di Iron Throne (ups, udah nggak ada). Jon, bakal jadi pemimpin yang buruk. Meski Jon punya kompas moral ke arah yang benar, tapi ia terlalu keras kepala dan baik hati. Justru disitu kelemahan utamanya.

Mungkin kelemahan Bran cuma 1: annoying. Tatapan, ekspresi, dan lagaknya “Why do you think I came all this way” bikin pengen nampar aja gitu.

And that’s it.

All Hail Bran the Broken! First of His Name, King of the Andals and the First Men, Lord of the Six Kingdoms and Protector of the Realm!

3 Stark, 3 Jalan Berbeda
Demi keadilan (dan untuk memuaskan Grey Worm sebenarnya), Jon dihukum dengan dikirim balik ke Night’s Watch—meskipun kita tahu fungsi Night’s Watch sudah nyaris tidak ada setelah Night King tewas dan wildlings jadi sekutu orang-orang utara. Cara ini brilian untuk penonton bisa melepas Jon karena kita tahu ada Tormund dan Ghost disana! Yah, meski Jon tidak mendapat keadilan; nggak boleh mengklaim  tanah manapun, nggak boleh beranak pinak.

Daripada matiin Jon, ya kan? Puas kalian?

Yup, melihat Jon bereuni dengan Tormund dan Ghost itu priceless. Ghost akhirnya dapat perlakuan yang layak! Dapat belaian, dapat senyuman juga dari Jon. Best moment episode terakhir! Saya bisa tidur tenang sekarang.

Sansa jadi ratu Winterfell sudah bukan kejutan. Keputusannya untuk menjadikan Winterfell independen itu yang mengejutkan, meski sang adik yang kini duduk di tahta tertinggi Westeros. Apapun itu, Sansa adalah sosok tepat untuk memimpin utara karena perkembangan karakter ini luar biasa.

brantheking
Gambar: Game of Thrones/HBO

Penahbisan Sansa sebagai ratu juga epik. Tiara cantik di kepala dan gaun bermotif daun weirwood seakan menyimbolkan kalau Sansa adalah sosok yang sakral untuk the North sekarang ini.

Gimana dengan Arya? Nggak ada yang bisa menjinakkan Arya, bahkan Jon sekalipun. Ia memilih berkelana layaknya kera sakti. Apa yang ada di barat Westeros? Itulah yang ada di benak Arya sekarang. Udah cocok banget nih kalau petualangan dibikin spin-off. Arya the Explorer.

Farewell
Tyrion pun kena hukuman, dengan menjadi Hand of the King-nya Bran meskipun si kerdil merasa tidak pantas sebenarnya.

Well, Tyrion udah nggak diragukan lagi berperan seperti jarum yang menyatukan lembaran-lembaran kain—walau ia melakukan kesalahan demi kesalahan. Kesalahan Tyrion selalu jadi pembelajaran baginya. Dia belajar, walaupun lambat.

Di tangan Tyrion-lah kini pemerintahan King’s Landing bergantung. Dimulai dari terbentuknya dewan baru: Sam jadi Grand Maester, Bronn (yeah! He’s back!) sebagai Master of Coin, Brienne pemimpin King’s Guard, dan Ser Davos sebagai Master of Ships. Podrick juga ternyata mendapat gelar “ser”. Keren!

Aksi Grand Maester Samwell mempersembahkan “Wikipedia” tentang The Great War dan The Last War ke Tyrion itu menggelikan. Nama buku besar itu? A Song of Fire and Ice. Tapi bukan Sam kok yang nulis. Sempat ada teori yang mengatakan kalau Samwell itu representasi dari George R.R. Martin. Bahwa dia nantinya yang akan menulis kisah legendaris es dan api itu.

Di tangan orang-orang baik itu sepertinya nasib King’s Landing bakal lebih cerah.

CONCLUSION
Ending GOT jauh lebih happy daripada yang diperkirakan. Bahkan mungkin terlalu smooth. Terasa sekali kalau season ini dipaksakan dalam kemasan 6 episode which is nggak cukup untuk memberi penutup yang layak. Semua serba terburu-buru, khususnya story arc Dany jadi Mad Queen. Masih ada beberapa kisah yang, well, tidak diakhiri secara jelas (hai Daario!).

bran
When you do nothing but get all the credits

FYI, gosipnya HBO sempat menawarkan kepada D&D tambahan budget untuk memperpanjang jumlah episode GOT. Nampaknya D&D enggan terima karena sudah pengen fokus ke proyek Star Wars. Ya sudahlah…

Tapi, kita beruntung hidup di masa ini. Masa ketika GOT sedang berjaya. Kita jadi saksi untuk salah satu serial terbaik sepanjang masa nggak peduli cacat dan buruknya dua musim ke belakang. Akhirdi episode Iron Throne ini cukup memuaskan. Ending yang benar-benar ending—dengan berbagai story arc penting ditutup. Walaupun kalau serial ini berlanjut, ada banyak celah yang bisa di-explore.

Kita tunggu saja prekuel yang sudah dalam pembuatan. Apakah seepik cerita Game of Thrones? Kita doakan saja. Yang jelas untuk sekarang, our watch has ended.

Overall Score: 8.5

GeNocite

  • Drogon itu jelmaan Three Eyed Raven! Dia memprediksi kalau raja yang baru nggak perlu Iron Throne!
  • Brienne menuliskan hal baik tentang Jaime. Untung aja dia nggak baper dan nulis yang jelek-jelek. Bisa aja, kan?
  • Bronn, saya kira dia bakal berperan banyak di musim ini. Ternyata cuma secuil doang munculnya. Tapi bertukar jokes dengan dewan baru King’s Landing, itu komedik banget.
  • Yara Greyjoy, matanya buta untuk mendukung Dany sampai di titik ini.
  • Serial ini diawali dari utara, dan diakhiri di utara pula. Masih ingat scene pembuka season 1 dimana ada tiga ranger di The Wall?
  • Scene Dany yang “bersayap” itu keren banget, sumpah!
  • Kemana Drogon? Ngapain Bran bersikeras untuk mencari Drogon. Udah bagus jauh-jauh.
  • Dipikir-pikir, nasib Jon Snow sama kayak Frodo di akhir the Lord of the Rings ya? Frodo juga jadi hero utama, tapi dia nggak punya tempat di dunia. Dia memilih untuk pergi ke Undying Lands.

Special Note: Terima kasih untuk para pembaca GeekNonton yang sudah setia menunggu ulasan terbaru tentang GOT di situs ini. Terima kasih juga untuk setiap masukan yang kami terima. Jangan bosan mampir ya…

3 thoughts on “[REVIEW] GAME OF THRONES SEASON 8 EPISODE 6: “The Iron Throne”

  1. terimaksih banyak ulasannya selama ini tempat solusi ketika bingung dan hal2 menarik yang sempet terlewat ketika nonton bisa muncul setelah baca di sini , lanjut ST 3 nanti yaa
    ohh TWD 9-16 belum min kalo sempet ya

  2. Terimakasih ulasannya selama ini tentang game of thrones selama ini, cukup memberikan pemahaman lebih setelah selesai nonton dan membaca ulasannya di sini

Tinggalkan Balasan