Review

[REVIEW] LIMITLESS Season 1 Episode 22: “Finale: Part Two!”

Semenjak Limitless tayang perdana, saya percaya serial ini mudah sekali membuat orang candu terhadapnya. Beragam aspek, mulai dari storyline yang kuat, cast yang mengagumkan, unsur komedi, drama, sci-fi, bla…bla…bla… Semuanya begitu lengkap. Sayangnya, konsistensi bukan salah satunya. Setidaknya hingga setengah musim berlangsung Limitless masih memenuhi ekspektasi, namun semua berubah ketika secara mengejutkan tim penulis mengubah fokus dengan begitu cepat.

Menggeser fokus dari Morra menjadi Sands (plus Piper) masih menjadi pertanyaan besar. Apakah memang direncanakan dari awal atau memang ada perubahan plot yang tiba-tiba? Atau mungkin Limitless sifatnya fleksibel; jika Bradley Cooper punya banyak waktu senggang untuk syuting Limitless fokus akan tetap pada Morra, namun jika tidak, maka penulis cerita langsung mempromosikan karakter pendamping sebagai main villain. Untungnya Limitless punya Sands untuk mengisi slot kosong yang ditinggalkan Morra.

pill

Setengah musim pertama, Sands dan Piper bukanlah main interest bagi para penonton. Baru kemudian di setengah musim kedua, Sands tiba-tiba menjelma menjadi sentral kekuatan baru. Piper? Sama juga. Ia berhasil menjadi pusat perhatian dari Brian dengan cepat, meskipun masih dipertanyakan juga motivasi keduanya.

Jangan salah, “Finale: Part Two!” punya segalanya yang diinginkan oleh penonton. Episode ke-22 dari Limitless ini nyaris punya semua hal yang dibutuhkan sebagai episode penutup. Namun untuk ukuran Limitless, serasa ada yang salah. Jalur yang diambil begitu mudah, begitu simpel.

Brian masih melanjutkan misi dari Part One, namun kali ini immunity miliknya sudah hampir habis. Setelah pembantaian dari pihak Sands, CJC tak punya pilihan selain menggunakan Brian “NZT mode.” Namun kini setiap Brian mengambil NZT, ia diserang dengan halusinasi dan paranoia. Tidak ada yang tahu berapa lama lagi Brian akan bertahan. Jelas tak ada waktu yang boleh dihabiskan percuma. Sands harus segera dihentikan dan Piper harus ditemukan!

think

Dibalik hingar bingar pencarian Brian terhadap Sands, semua pasti bertanya apa motif Sands selama ini hingga melakukan perbuatan-perbuatan yang di luar nalar?

Salah satu plot keren nan kompleks diungkapkan dalam episode ini. Sands tahu jika gunung es antara Kanada dan Greenland akan terbelah dua yang mengakibatkan akan adanya jalur perdagangan baru. Siapapun yang bisa mengontrol jalur air dari peristiwa itu maka akan mendapatkan keuntungan berlipat ganda dari jalur yang ada sekarang (Panama Canal).

Sands menjadi dirigen di balik layar perundingan antara Kanada dan Greenland. Negosiator pertama dari Kanada, Morneau, bersikeras jika Kanada adalah pihak yang berhak mengatur jalur baru tersebut, namun suksesornya lebih terbuka dengan win-win solution. Sands dan Legion of Whom ingin semua mempercayai jika deal akan terjadi, namun sejurus kemudian ia akan merusaknya demi keuntungan pribadi yang cepat. Poinnya? Perbuatan Sands selama ini berlandaskan motif ekonomi.

supervillain2

Kemudian, setelah pencarian yang intens dan melibatkan full-team dari CJC (Ada Mike & Ike juga), Sands bisa dilumpuhkan oleh Rebecca dengan satu tembakan saja. Tidak usah berdebat mengapa Rebecca yang notabene adalah orang non-NZT bisa mengalahkan Sands yang dalam pengaruh NZT. Mari sama-sama berasumsi jika kemarahan Rebecca yang sudah di ubun-ubun selama satu season mampu mengalahkan 100% otak Sands yang sedang bekerja.

Problemnya muncul setelah itu. Kita sama-sama tahu jika Sands begitu jahat. Mengetahui ia dapat dilumpuhkan dengan “mulus,” seperti ada yang kurang. Ditambah Sands ternyata masih hidup dan CJC mengantongi informasi tentang anggota Legion of Whom yang nasibnya  tidak terlalu jelas, kecuali untuk Brewster. Sayangnya info tersebut bersifat confidential hingga penonton-pun tak diberi tahu.

Piper kembali ke tangan Brian dengan dramatis. Mekanisme penyelamatan yang unik, karena ternyata Piper justru bisa menyelamatkan dirinya sendiri. Seperti yang sudah bisa ditebak, ia punya solusi atas masalah yang dihadapi Brian, bahkan lebih baik lagi: permanent immunity shot! Wow, bayangkan Brian yang tanpa henti bisa mengkonsumsi NZT. Namun setelah itu Piper harus pergi dari Brian untuk sebuah urusan yang motifnya tidak jelas.

Episode ini juga menyimpan beberapa scene emosional, terutama antara Brian dan Rebecca. Wanita yang menjadi handler Brian tersebut menegaskan jika bukan NZT-lah yang membuat Brian seperti pahlawan. Brian sejak awal sudah punya kepedulian dan rasa empati yang luar biasa tinggi. NZT hanya alat bantu untuk Brian dapat menolong lebih banyak orang.

A hero, on or off the pill”

Begitu ungkap Rebecca. Simpel, tapi powerful untuk premis Limitless.

Overall, Part Two cukup nikmat untuk ditonton. Ada banyak elemen yang bekerja dengan baik, namun yang lainnya terkesan miss. Dengan ending yang (sedikit) kurang memuaskan, penonton bisa melihat sisi positifnya: Limitless kini punya landasan kuat untuk berlanjut ke season 2.  Oh iya, sayang sekali Morra tak hadir dalam episode yang sangat spesial ini.

GeNocite:

  • Apa CJC tak mempertanyakan tentang permanent immunity shot yang didapat Brian? Padahal sejak awal CJC jadi pihak yang paling penasaran dengan penetral NZT tersebut.
  • Penonton akhirnya tahu nama asli Mike & Ike.
  • Episode ini jadi ajang reuni, lho! Banyak karakter dari episode terdahulu muncul kembali. Bisakah kalian menyebutkan karakter-karakter cameo yang muncul di akhir episode?

Tinggalkan Balasan