Game of Thrones Review

[REVIEW] GAME OF THRONES Season 6 Episode 4: Book of the Stranger

*Spoiler alert! Harap menonton ‘Book of the Stranger’ terlebih dahulu sebelum membaca tulisan di bawah ini*

Season enam dimulai dengan berbagai momen bahagia. Kebangkitan Jon Snow yang amat cepat misalnya, sukses membuat (sebagian besar) fans bersorak sorai. Sekarang, dalam episode ‘Book of the Stranger,’ Game of Thrones kembali menyuguhkan momen mengharukan yang melibatkan pertemuan antar anggota keluarga. Tak hanya dipenuhi dengan reuni, episode minggu ini juga terasa ‘panas’ dengan aksi nekat nan brilian dari Dany. Oh iya, jangan lupakan kemunculan salah satu karakter penting, the one and only Petyr Baelish aka Littlefinger!

Sebelumnya saya selalu menempatkan plot Castle Black di akhir ulasan, namun untuk kali ini ijinkan saya menjadikan tempat sakral tersebut menjadi pembuka.

Castle Black

Sansa, Pod, dan Brienne akhirnya sampai juga di Castle Black! Kejadian berikutnya mungkin akan membuat #TeamStark menitikkan air mata bahagia, ketika Sansa melihat Jon Snow setelah sekian lama. Pelukan hangat antara keduanya benar-benar terasa emosional. Faktanya, Sansa dan Jon Snow nyaris tak punya momen bersama saat masih bisa ‘hidup normal’ di season perdana, terutama karena Sansa selalu bersikap buruk kepada Snow. Namun tak peduli dengan chemistry antara kedua karakter tersebut di masa lalu, nasib keluarga mereka yang berakhir tragis (Ned, Catelyn, Robb), membuat mereka kini punya sesuatu yang harus diperjuangkan.

hug

At least, Sansa yang masih punya determinasi tinggi untuk berjuang. Utamanya karena ingin memberangus Boltons dari Winterfell. Jelas dia punya dendam kesumat yang menyulut hasrat untuk bertempur. Ini adalah momen perubahan bagi Sansa; setelah menjadi putri yang tak berdaya, ia siap untuk maju ke medan laga demi nama keluarga. Oh iya, salah satu harta karun di episode ini adalah ketika penonton bisa melihat senyum manis Sansa saat berdialog dengan Jon Snow. Seberapa sering kita melihat Sansa bahagia akhir-akhir ini?

Bagaimana dengan Jon Snow? Ia sendiri merasa lelah dengan semua pertempuran yang telah ia hadapi. Hingga akhirnya surat ancaman dari Ramsay sampai ke Castle Black dan sukses mengubah pendiriannya. Surat yang dipenuhi dengan ancaman serius terhadap Sansa, Rickon, dan orang-orang yang disayangi Jon membuat sang anak haram sadar jika mereka tak akan pernah aman selama Bolton masih berkuasa.

Saya sendiri suka dengan surat ancaman yang dibuat oleh Ramsay. Kata-katanya yang ‘Ramsay banget’ benar-benar otentik sadisnya. So far, dia masih menduduki peringkat pertama karakter yang paling saya benci sekaligus membuat saya kagum dengan konsistensi sifatnya.

castleblack

Tormund yang punya momen menggelitik saat main mata dengan Brienne, sepertinya masih mampu mengerahkan Wildlings untuk membantu Jon Snow menghadapi Boltons.  Belum lagi Sansa mengatakan jika di utara sana masih ada loyalis-loyalis Stark yang masih bisa diyakinkan. Dan yang paling penting, ada satu support tak terduga yang mungkin akan mengubah peta kekuatan. Bantuan tersebut muncul dari…

The Vale

Di sinilah Lord Robin masih tak berguna seperti biasa. Kini ia sudah tumbuh besar, namun tak bisa memanah dengan benar walaupun telah diajari berkali-kali oleh Ser Royce. Baelish tiba-tiba muncul dan langsung diprovokasi oleh Royce mengenai nasib tragis Sansa di tangan Ramsay. Namun keadaan berbalik saat kharisma Baelish dapat mengintimidasi ksatria tua itu. Robin Arryn lebih percaya kepada Baelish, hingga ia menyarankan Royce untuk dilempar ke Moon Door. Baelish meyakinkan Robin jika Royce adalah aset yang berharga untuk perang di masa mendatang.

Perang?

Yup, Baelish dengan gaya manipulatif mampu membuat Robin mengerahkan pasukan demi menolong Sansa. Inikah rencana Baelish selama ini? Apakah ini berarti penonton dapat menyaksikan kiprah Knight of the Vale? Semoga benar adanya. Tambahan pasukan dari Vale merupakan bantuan yang sangat krusial bagi Jon Snow dan Sansa.

aryn

King’s Landing

Di sini, Margaery bertemu dengan High Sparrow. Dialog antar keduanya membuat kita tahu dari mana judul ‘Book of the Stranger’ yang diusung episode ini. Seperti biasa, kekuatan utama High Sparrow ada di kata-kata yang keluar dari mulutnya. Sekilas bagi orang yang tidak tahu, ia adalah sosok kakek panutan semua orang; bijaksana, rendah hati, dan inspiratif. Ia memperbolehkan Margaery bereuni dengan Loras yang bernasib malang. Loras benar-benar ingin menyudahi semuanya, ia tak sanggup menghadapi nasib meski Margaery senantiasa menyemangati.

margaery

Anyway, menarik juga untuk membahas pengaruh dari Iron Throne yang makin terkikis. Singgasana itu tak ubahnya arena permainan yang tak ada wibawanya. King Tommen, sang pemegang tampuk kekuasan, bahkan tak mampu melindungi keluarganya dan lebih jauh lagi, tak bisa berbuat apa-apa terkait kematian saudarinya di Dorne. Tak heran, ia juga tak punya breakthrough untuk menghadapi High Sparrow.

Menariknya, Tommen tahu tentang rencana High Sparrow terhadap Margaery yang akan menghadapi walk of shame, sama seperti Cersei dahulu. Apa motifnya High Sparrow memberi tahu sang raja? Mungkin saja, High Sparrow sudah memprediksi jika Tommen akan memberi tahu sang ibu mengenai rencana tersebut. Jika benar, maka rencana High Sparrow sudah selangkah di depan karena Cersei dan Jaime masuk dalam perangkap.

Di Small Council, Cersei dan Jaime akhirnya merasa perlu bekerja sama dengan Queen of Thorns. Mereka menyampaikan ide dan gagasan utnuk menyingkirkan High Sparrow dan mencegah Margaery dipermalukan. Percikan api antara Tyrell dan Lannisters harus dikesampingkan demi menghancurkan “musuh bersama.” Semudah itukah High Sparrow dapat dikalahkan? Kakek tua itu menyimpan sejuta trik di balik lengannya. Mungkin juga ia sudah menduga jika aliansi Cersei-Tyrell akan terbentuk untuk melawannya, dan ia sudah merencanakan counter-attack di balik ketenangannya selama ini.

Meereen

Sayang sekali plot Meereen seakan menyia-nyiakan karakter Tyrion. So far, yang paling menarik selama empat episode adalah pertemuan Tyrion dengan sang naga. Lalu apa yang ia lakukan sekarang? Bernegosasi dengan para musuh. Ia tetap teguh dengan pendirian ‘perbudakan harus dihentikan.’

negotiate

Dia menawarkan master Yunkai dan Astapor untuk melakukan transisi selama tujuh tahun. Tentu keputusan Tyrion mendapat perlawanan dari Grey Worm dan Missandei, karena mereka khawatir jika Tyrion sudah ‘menggali kuburnya’ sendiri. Namun Tyrion tetap merasa keputusannya tepat; berdiplomasi dengan musuh yang licik jauh lebih baik ketimbang memerangi mereka dalam bentuk Sons of the Harpy. Kita nantikan saja kejutan apa yang disiapkan oleh Tyrion.

Vaes Dothrak

Ser Jorah dan Daario mengetahui posisi Daenerys. Well, kedua pria tersebut memang tak selalu akur, namun mereka harus bersatu menyelamatkan Dany. Mereka dengan gagah berani melakukan infiltrasi ke Vaes Dothrak yang-tentu saja-dipenuhi oleh pria berbadan kekar. Meski di satu waktu Daario menyelamatkan Jorah dari kematian, saya masih tak menyukai karakter tersebut. By the way, mereka mungkin berhasil masuk dengan (cukup) sempurna, namun sejujurnya mereka tak punya rencana bagus untuk mengeluarkan Dany dari sana.

infiltrate

Disinilah twist terjadi…

Dany menunjukkan sekali lagi jika wanita bukanlah makhluk lemah. Persona yang selama ini melekat dengan Dany, namun somehow Game of Thrones membuat potensi Dany seperti roller coaster. Sebelumnya, dialog dengan Khal Moro tak berjalan baik setelah sang Khal mengutarakan niatnya untuk memperkosa Dany dengan cara yang menjijikkan. Kemudian Dany yang sedang on fire (literally) membakar para Khals yang terjebak di dalam gedung. Tentu saja Dany selamat, karena kita tahu dia punya badan fireproof. Sungguh menyenangkan melihat aksi Dany mengalahkan pihak yang menangkapnya. Sejurus kemudian seluruh Vaes Dothrak tunduk kepada Dany sesaat setelah sang Mother of Dragons dengan “polos” keluar dari gedung yang masih diselimuti api.

Momen yang tak terduga, karena awalnya banyak yang memperediksi Dany tak mampu berbuat apa-apa dalam waktu dekat. Saya pun mengira jika Dany mampu membuat Khals bersedia membantunya, ternyata jalur ekstrem-lah yang ia ambil. Bisa dipastikan ia dapat mengambil keuntungan dari tunduknya kaum Dothraki. Mungkin saja ini jalan bagi dia membantu Meereen, karena dengan kaum Dothraki di tangannya, ia bisa melakukan apa saja.

danyfire

‘Book of the Stranger’ menyajikan banyak momen epik. Ada dua bagian yang paling menarik: Pertama, tentu saja reuni Sansa/Snow dan plot tentang mengambil alih Winterfell. Kedua, adalah aksi Dany yang membuat Vaes Dothrak tunduk dalam sekejap mata menjadi penutup sempurna. Kehadiran perdana Baelish di season 6 juga patut diperhatikan, meski tak banyak mendapat porsi dalam episode kali ini.

GeNocite…

  • Reuni yang lainya melibatkan Yara dan Theon di Iron Islands. Tidak banyak progress dari mereka, kecuali Theon ingin membantu Yara jadi penerus mendiang ayah.
  • Osha akhirnya menemui ajal di tangan Ramsay. Kalah licik!
  • Tormund dan Brienne.
  • Ser Davos dan Melisandre.
  • Kali ini tak ada Bran.

One thought on “[REVIEW] GAME OF THRONES Season 6 Episode 4: Book of the Stranger

Tinggalkan Balasan