Review

[REVIEW] FEAR THE WALKING DEAD Season 2 Episode 6: “Sicut Cervus”

Dalam bahasa Latin, “Sicut Cervus” punya beberapa arti. Pertama, merupakan judul lagu Latin yang sering dipersembahkan oleh paduan suara gereja, gubahan musisi bernama Palestrina. Kedua, “Sicut Cervus” merupakan awal dari kitab Mazmur 41:2 dalam bahasa Latin.“Sicut cervus desiderat ad fontes aquarum, ita desiderat anima mea ad te Deus.” Atau jika ditranslasikan berarti: “As the deer long for the springs of water, so my soul longs for you, oh God.” Masuk akal jika dikaitkan dengan tema utama episode keenam dari Fear the Walking Dead.’

Lagi-lagi saya merasa ada kemiripan setup antara FTWD dengan serial flagship. Masih ingat saat season dua ketika Hershel menawarkan keramahan, tempat tinggal, dan segala kenyamanan bagi Rick dan kawan-kawan? Di balik semua surga dunia yang ditawarkan oleh tuan rumah, tersimpan ancaman besar berupa kumpulan walker tepat di bawah kaki mereka. Para walker yang dipelihara atas dasar cinta dan kekeluargaan. Begitu pula dengan yang ditawarkan oleh Celia, karakter “sakit” pendatang baru di episode ini.

estate

Oh iya, sebelum sampai ke sana, perjalanan Abigail tidak terlalu mulus. Mereka dihadang oleh patrol ship yang meminta bayaran. Negosiasi berjalan alot dan berakhir dengan hujan tembakan. Sayang sekali Luis tak selamat. Luis memohon agar Ofelia memberikan sebuah koin misterius kepada sang ibunda tercinta, namun Daniel Salazar merebut paksa koin tersebut dan justru membuangnya ke laut.

Setelah sampai di daratan, kru Abigail menuju estate milik Thomas. Di sini semua kebutuhan tersedia, mulai dari tempat yang nyaman, makanan, hingga televisi. Namun sepertinya para penonton sudah hapal, di dunia the walking dead justru tempat aman seperti itulah yang kemungkinan besar menyimpan bahaya laten bagi para survivor.

Di tempat tersebut mereka disambut oleh seorang ibu bernama Celia, yang tidak lain dan tidak bukan adalah ibu dari Luis. Celia juga berperan sebagai housekeeper dari Thomas, bahkan ia sudah menganggap kekasih Strand itu seperti anak sendiri. Thomas kini sedang sekarat dan tinggal menunggu waktu untuk menuju kematian. Di sepanjang episode kita bisa melihat betapa emosionalnya Strand menemani sang kekasih. Saking cintanya, Strand menawarkan diri untuk “ikut” ke tempat Thomas berada nantinya. Celia dengan senang hati menyiapkan wafer beracun untuk mereka berdua agar bisa mati bersama.

Tunggu, bagaimana sih karakter Celia ini?

Nama manis, tak menjamin sifat yang manis pula. Well, memang ia menjadi jujugan baru bagi Nick yang beberapa kali “curhat” kepadanya. Dia juga dengan murah senyum menyambut tamu-tamu yang datang, namun detektif kesayangan kita—Daniel, berhasil menemukan fakta mengerikan jika Celia–lah yang telah meracuni jemaat gereja lokal dengan cara yang keji. Dia juga memelihara “anggota keluarga” yang sudah berubah menjadi infected di dalam sebuah penjara. Mental Celia dan cara pandangnya mengenai walker/infected sama seperti Hershel di serial The Walking Dead.

celia

Daniel jadi satu-satunya orang yang tak terlena dengan kenyamanan yang didapat. Ia tetaplah Daniel yang selalu bersikap waspada terhadap keadaan sekitar. Anehnya, fakta yang ia dapatkan tak diberitahukan kepada Travis atau Madison dengan segera. Celia adalah bom waktu yang harus dihentikan sebelum mengancam jiwa orang-orang di sana.

Okay, beralih sebentar ke Chris. Setelah menembak Reed di episode lalu, anak ini membuat plot menarik di sepanjang episode ini. Keputusannya untuk tidak menyelamatkan Madison saat diserang infected benar-benar berdampak besar. Ia pun panik saat dilabrak oleh Alicia dan membuat ancaman serius. Entah apa yang ada dipikiran Chris sehingga kini ia seperti musuh di dalam selimut. Jalan pikirannya benar-benar tidak tertebak. Bahkan Madison enggan menolong Travis untuk menyadarkan Chris. Puncaknya, Chris mengendap-endap ke kamar Madison/Alicia dan ketahuan sedang memegang pisau. Apa yang ingin dilakukan Chris di kamar mereka? Menyakiti Alicia? Dengan peralihan menuju dark side of the force, saya mulai melihat Chris sebagai salah satu karakter dengan jalan cerita yang paling membingungkan.

aliciachris

Episode ini juga masih belum menyediakan jawaban mengapa logo burung hantu mempengaruhi para karakter. Di episode lalu Daniel mulai mendengar suara-suara aneh, dan masih berlanjut hingga episode ini. Begitu juga dengan Nick yang terdiam saat memandang ukiran burung hantu di sebuah pohon dekat tempat berdoa. Kesamaannya, mereka selalu mendapat penglihatan tentang kejadian di masa lalu.

Pada akhirnya Thomas harus mati ditembak oleh Strand. Suara tembakan membahana di setiap sudut estate. Meski saya merasa jijik dengan relationship Strand dan Thomas, ada rasa iba melihat nasib mereka. Strand benar-benar menunjukkan kasih sayangnya kepada Thomas, dan itu patut dicatat. Sikap kasar Strand langsung menguap begitu ia bertemu dengan Thomas.

“Sicut Servus” berhasil menyajikan suasana yang fresh karena sebagian besar adegan mengambil tempat di daratan nan eksotis. Episode ini juga kaya akan dialog dalam bahasa Spanyol, yang menurut saya, terdengar seksi di telinga. Meski ada kemiripan storyline dengan plot Hershel di The Walking Dead, saya masih berharap FTWD menampilkan twist dan kejutan yang menarik di episode mendatang.

GeNocite…

  • Sama seperti Strand, Celia menganggap Nick adalah anak yang “spesial”
  • Nick merasa lelah dengan semua “pembunuhan” infected. Dilema bagi dia saat membunuh zombie gadis kecil yang menyerangnya di luar gereja.

Tinggalkan Balasan