SPOILER ALERT! Harap menonton episode “The Enemy” sebelum lanjut membaca ulasan di bawah ini
We’re back! Setelah sempat absen mengulas serial yang satu ini untuk melihat sejauh mana potensi yang bisa diberikan oleh Designated Survivor. Sudah masuk episode keempat, kiprah Tom Kirkman sebagai presiden pengganti sama sekali tidak menemui kemudahan—justru makin rumit, makin sulit. Ibarat terjebak di tengah-tengah kepala hydra (literally, bukan organisasi di cerita Marvel), Tom selalu berpotensi untuk “dipatuk” dari berbagai sudut.
Designated Survivor punya kecenderungan untuk menyajikan berbagai masalah dalam satu episode, sehingga terasa cukup melelahkan. Namun, bisa juga dilihat dari sisi positifnya bahwa serial ini selalu menghadirkan plot yang intens. So, apa saja yang terjadi di episode “The Enemy”?
–
Gubernur Michigan (kembali) Berulah, Tom Kirkman Berubah
Sekali lagi Michigan memanas karena Gubernur Royce kembali “mengganggu” komunitas muslim. Tindakan ini tentu saja pelanggaran terhadap konsitusi. Royce kembali menegaskan jika ia dan Michigan tak akan tunduk terhadap presiden Kirkman karena merasa Kirkman tidak berhak menjadi presiden.
Lalu Emily bergerak sendiri dengan terbang ke Michigan dan berharap Royce mau menghentikan aksinya. Sayang, setibanya disana Emily justru berada di situasi yang berbahaya karena Royce bersama anggota keamanan mencegah Emily keluar dari bandara. Tak ada pilihan lain untuk Tom memfederalisasi pasukan National Guard. Twistnya, National Guard “cabang” Michigan justru memihak pada Royce.
Karea spotlight TV nasional sedang mengarah ke aksi Royce di bandara, Emily menggunakan komunitas muslim untuk memojokkan Royce. Tak mungkin Royce menggunakan kekerasan saat sedang disiarkan secara langsung ke seluruh penjuru Amerika. Mau tak mau, Royce ikut Emily ke Washington. Kejutan! Sesampainya disana, Royce disambut oleh presiden Kirkman lalu ditangkap atas dasar pengkhianatan terhadap negara. Emily sangat keberatan dengan keputusan Kirkman. Namun at least satu permasalahan selesai….
Emily mulai sadar jika si boss mulai berubah, tak seperti Kirkman yang dulu saat menjabat sebagai Secretary of Housing and Urban Development. Lambat laun Kirkman mulai political, beradaptasi untuk menjadi presiden yang sesungguhnya dengan membuat keputusan yang dirasa tepat meski dari sisi moral kurang tepat. Kita tahu di episode-episode sebelumnya Kirkman masih terlalu lembek untuk menjadi presiden. Akan sangat menarik melihat perspektif Emily dalam menilai Kirkman.
–
Lokasi Teroris Gedung Capitol Diketahui!
Finally ada perkembangan serius dari sisi investigasi pemboman yang menewaskan ribuan orang termasuk presiden Amerika. Salah satu agen di Aljazair (Bahasa Inggris: Algeria) berhasil menemukan lokasi persembunyian Majib Nassar, tersangka utama yang “diduga” meledakkan Gedung Capitol. Sayang, Agen Serafian ditangkap oleh oknum misterius sesaat setelah mengabarkan berita besar itu. Langkah apa yang dipilih Kirkman? Militer atau diplomasi?
Awalnya Jenderal Cochrane memaksa Kirkman langsung main serang. Tapi somehow Kirkman masih mau menunggu kejelasan nasib agen Serafian. Bisa ditebak Jenderal Cochrane yang dari awal tidak sabaran justru bergerak sendiri tanpa sepengetahuan Kirkman. Kelakuannya itu membuat dia dipecat. Langkah yang berani dari Kirkman!
Kirkman masih mencoba melakukan diplomasi dengan presiden Aljazair melalui tele–conference. Tom merasa jika presiden Aljazair menyembunyikan sesuatu. Namun setelah menemukan fakta jika agen Serafian tidak selamat, Kirkman memerintahkan untuk militer AS bersiap untuk perang. Tapi apakah kita langsung percaya jika memang Nassar pelaku pengeboman Gedung Capitol? Rasanya kok terlalu mudah acara ini menyerahkan pelakunya. Saya masih percaya jika pengeboman Gedung Capitol adalah hasil konspirasi karena, well, untuk memusingkan kepala penonton. Jujur saja plot pengeboman ini jauh lebih menarik ketimbang melihat kiprah Kirkman di politik. Jadi, kemungkinan besar Nassar hanyalah kambing hitam.
–
Seth Wright naik pangkat & Konspirasi agen Hannah
Ada dua plot minor menarik di episode “The Enemy” yang melibatkan Seth dan Hannah secara terpisah.
Dari awal saya menempatkan Seth sebagai karakter yang paling menarik. Apalagi ketika ia tidak sengaja menjelek-jelekkan Kirkman di WC secara langsung saat sang presiden ada disebelahnya. Sejak saat itu perkembangan karakter dia menjadi yang paling saya tunggu. Mostly karena dia paling reasonable, tanpa agenda macam-macam, simply charming. Kirkman melihat hal yang sama dan mengangkat Seth menjadi press secretary (semacam jubir presiden). Alasan lain mengangkat Seth adalah karena Jubir sebelumnya sangat tidak artikulatif, gampang panik saat menghadapi pertanyaan jurnalis, pokoknya newbie banget. Meski sempat menolak, Seth terlihat sangat cocok di posisi tersebut.
Di bagian Amerika yang lain, Hannah sempat ingin keluar dari tugas menyelidiki pengeboman Gedung Capitol karena ia merasa bersalah telah menganggap the only survivor a.ka anggota kongres MacLeish adalah tersangka utama. Namun ia tiba-tiba mendapat telepon misterius yang mengarah kepada siapa sebenarnya MacLeish itu. So, jadi mundurkah Hannah dari tugas?
Di episode ini finally kita tidak disibukkan dengan drama keluarga Tom Kirkman. Dua anaknya bisa beristirahat dan bermain dengan tenang (off-screen). Sejak awal beberapa intrik di keluarga Tom cuma jadi filler yang tidak penting, jadi saya cukup mengapresiasi episode ini. Anyway, kita justru mencium drama percintaan antara Emily dan Aaron… Whaat? Yup, tak mengherankan karena acara TV jaman sekarang butuh adegan percintaan antara dua orang paling atraktif dari segi penampilan, cepat atau lambat.
OVERALL SCORE: 7.8