Review

[REVIEW] THE FLASH Season 3 Episode 2: “Paradox”

SPOILER ALERT! Harap menonton episode “Paradox” sebelum lanjut membaca ulasan di bawah ini

Ada sebab ada akibat. Meski Flashpoint hanya sekejap mata, namun ternyata efeknya masih berkelanjutan di kehidupan Barry. Ketika semua dirasa kembali normal, Barry justru menemukan fakta jika semua tak lagi sama (OST by Padi). Kabar baiknya, episode ini sedikit lebih menarik ketimbang season premiere minggu lalu.

Di akhir episode “Flashpoint” penonton diberi clue jika ada sesuatu yang salah meskipun Reverse-Flash telah membunuh (lagi) Nora Allen. Di scene terakhir kita tahu jika hubungan Iris dan Joe tidaklah baik. Lalu apalagi efek Flashpoint minggu lalu? Well, di alternate reality ini Team Flash masih utuh dan bekerja dengan semestinya. Hanya saja sikap Cisco berubah drastis setelah Dante meninggal dan Wally bukanlah Kid Flash lagi. Barry juga sempat ke Starling City untuk ngobrol dengan Felicity untuk “sekedar” menemukan fakta jika Diggle punya anak laki-laki, yang sebelumnya kita tahu jika Diggle punya anak perempuan. Somehow produser merasa jika scene nan remeh ini cukup untuk mengantarkan efek “Flashpoint” ke serial Arrow.

Tak hanya hubungan di Team Flash yang kurang harmonis, di tempat kerja-pun ada kejutan yang menanti Barry berupa Julian Albert—seorang metahuman CSI Specialist handal yang diperankan oleh Tom “Malfoy” Felton. Di realita ini Barry tak tahu menahu tentang Julian padahal mereka sudah bekerja selama satu tahun. Yang Barry tahu, Julian begitu memusuhiya. Julian juga mengungkapkan jika ia tak percaya dengan Barry. Bagi Julian yang cerdik, ada something wrong with Barry. Yup benar sekali, Malfoy!

julian

Kejadian menarik terjadi ketika Barry ingin mengubah lagi tatanan timeline hanya untuk mengembalikan suasana Team Flash, terutama dari sisi Cisco karena Cisco amat marah terhadap Barry. Namun ditengah perjalanan ke masa lalu, Barry “diculik” oleh doppelganger ayahnya yang berkostum old Flash. Barry belajar banyak tentang akibat mengubah masa lalu. Seberapapun Barry ingin memperbaiki tatanan waktu, hasilnya akhirnya tak akan pernah sama. Well, saatnya Barry menerima kenyataan di realita yang sekarang dan move forward!

Lalu hanya Wally, Joe-Iris, dan Cisco yang mengalami nasib berbeda akibat Flashpoint? Bagaimana dengan Caitlin yang terkesan normal-normal saja? Surprise, surprise. Caitlin diam-diam punya kekuatan Killer Frost (doppelganger di musim lalu). Nah, apakah Caitlin bakal menggunakan kekuatannya untuk kebaikan atau justru sebaliknya? Kejutan yang menarik.

Main villain season tiga, Dr. Alchemy akhirnya punya porsi yang banyak di “Paradox”. Kita mengetahui motivasi Dr. Alchemy di dunia ini; ia ingin mengembalikan kekuatan para metahuman yang hilang. Hadirnya Dr. Alchemy membawa angin segar bagi para penggemar serial The Flash. Mulai dari kostum hingga kekuatan, semua terasa sedikit lebih fresh. Melihat villain satu ini, rasanya cukup melegakan bagi penonton yang sudah lelah dengan villain berjenis kelamin speedsters.

Hasil karya pertama dari Dr Alchemy adalah membawa The Rival kembali. Namun sayang, nasibnya tak jauh berbeda dengan minggu lalu. Melalui pertarungan epik, Barry berhasil menjatuhkan Edward Clariss aka The Rival. Satu hal yang agak mengkuatirkan adalah potensi Dr. Alchemy untuk menghidupkan kembali metahuman dari dua musim ke belakang. Semoga tidak terjadi…

oldflash

Secara umum “Paradox” adalah sajian yang tepat untuk meneruskan main course Flashpoint”. Meski terlalu banyak drama yang mellow, saya suka saat mengetahui jika mayoritas drama tersebut tidak dipaksa terlalu panjang. Tom Felton—selain memberi aksen british, ia menambah kaya karakter yang muncul di serial The Flash. Musim ini juga bisa dipastikan akan sangat sibuk bagi Team Flash untuk menguak identitas dari Dr. Alchemy. Siapa yang ada di balik sosok tersebut? Dr. Wells, Eddie Thawne, atau justru Julian? Hmm…

OVERALL SCORE: 8

Tinggalkan Balasan