Review

[REVIEW] LEGION Season 1 Episode 2: Chapter 2

Berpotensi SPOILER! Harap menyaksikan LEGION Season 1 Episode 2: Chapter 2 terlebih dahulu sebelum membaca ulasan di bawah

Gimana, sudah berapa kali menonton episode pertama kemarin? Bingung? Pusing? Well, di episode kedua ini ada kemungkinan para penonton sudah mulai familiar dengan elemen-elemen aneh bin unik yang disajikan oleh Legion. Kayaknya sih, bakal jadi trademark baru sebuah acara superhero.

Betul, untuk menonton Legion kita harus melupakan pakem reguler dari sebuah narasi di sebuah karya audio visual. Serial ini cukup pandai untuk memainkan tatanan waktu sehingga membuat penonton tak pernah yakin ada dimana kah atau kapan suatu kejadian terjadi.

Seperti episode pilot, episode Chapter 2 dimulai dengan pilihan musik yang sangat kuat dan lagi-lagi klasik. Lagu tahun 1985 dari Talking Heads berjudul Road to Nowhere dinyanyikan oleh suara wanita (kemungkinan suara Rachel Keller, pemeran Syd). Versi originalnya begitu menggugah semangat karena menggunakan suara gospel. Namun di versi Legion, lagu tersebut lebih terasa menakutkan dan melankolis. Apapun itu, liriknya seperti rangkuman untuk apa yang akan David alami di Chapter 2.

memoryvisit3

Keberadaan David di Summerland—sebuah tempat berkumpulnya para mutan pimpinan Melanie Bird—akan menjadi tajuk utama di sepanjang episode. Aman dan damai. Ralat, tidak ada kata damai kalau menyangkut kondisi psikis David.

Melanie Bird mirip Professor protagonis di X-Men. Pemimpin grup mutan nan bijak dan sudah tua. Dia nampak mengerti kepribadian masing-masing mutan, termasuk David. Namun kita belum tahu motivasi sebenarnya Melanie menyelamatkan para mutan. Kita hanya mendapat petunjuk kalau David adalah kunci untuk memenangkan perang.

Kita tidak akan melihat kegiatan orientasi David layaknya mahasiswa baru, namun sepanjang durasi akan mencoba mencari tahu asal usul David secara detail. Melalui Ptonomy (Jeremie Harris)—mutan yang disebut sebagai memory artist, David mengunjungi memori masa lalu… literally. Saya suka dengan metafora yang diberikan oleh Ptonomy: anggaplah memori David sebagai museum. So, itu dia. Kita berjalan-jalan di dalam memori David secara nyata.

Untuk David sendiri, semua ini adalah pencerahan (kalau bisa dibilang demikian). Faktanya, dia tidaklah sakit mental (salah diagnosis), hanya saja punya kekuatan nan powerful seperti apa yang dikatakan oleh Melanie. Penonton juga diberi kesempatan untuk mengunjungi masa kecil David, dimana kita melihat kehidupannya sebelum menjadi “gila.”

Oh, ada sosok sang ayah, tapi kayaknya bukan ayah yang pecinta komik kenal sebagai ayah David (inisial X!). Disini ditunjukkan sang ayah hanya berupa siluet, misterius, dan agak menyeramkan. Menurut David, sang ayah adalah astronomer yang kerap mengajaknya melihat konstelasi bintang di tengah malam. At least, momen itu yang membekas hingga David dewasa.

Para pecinta komik tentu saja sangat menunggu peran si “Bapak Inisial X” ini dan bagaimana dia masuk ke dalam plot besar Legion. Sang kreator serial, Noah Hawley sudah mengindikasikan kalau si “Bapak Inisial X” akan menjadi integral dalam cerita David di serial ini. Di versi komik, David diasuh oleh ibunya dan ayah tiri sebelum sang ayah terbunuh.

So, masih sama dengan episode lalu, Chapter 2 terasa seperti melompat-lompat alurnya. Kadang kita menemui David remaja, tapi kemudian kita melihat David kecil sedang dibacakan buku The Angriest Boy in the World oleh ayahnya. Lalu terlihat pula kebersamaan David dengan sang kakak, Amy. Ada dimana kalian saat ini? Well, itu tergantung kalian yang mengintepretasikan.

Ada pula satu waktu dimana penonton akhirnya mengetahui kalau Lenny adalah teman lama David, bahkan jauh sebelum hari-hari di Clockwork Asylum. Mereka sering bersama dan melakukan hal negatif (baca: mengkonsumsi narkoba). Sayangnya sampai sekarang belum jelas maksud atau peran karakter Lenny di serial ini.

lift.jpg

Syd sempat meminta maaf karena telah membunuh Lenny minggu lalu saat “berganti tubuh”. Agak awkward memang, karena Lenny sang sahabat, dibunuh oleh Syd yang notabene kekasih David. Dari keseluruhan interaksi David dan Syd di episode ini, ada momen kuat dimana David berujar: We’re having a romance of the mind…” Cantik!

Anehnya, David tidak mau jujur tentang keberadaan makhluk kuning aneh yang menghantui pikirannya selama ini. Ditambah masalah baru, dimana sang kakak kini diculik oleh Division 3—thanks to sang villain berjuluk The Eye.

CONCLUSION

Tensi agak menurun dibanding opening nan megah minggu lalu. Lebih stabil. Lebih terasa sebagai tv series reguler. Meskipun besar kemungkinan kita masih kesulitan untuk mencerna keberadaan David di setiap transisi scene. Mulai terbiasa dengan visual unik, permainan warna-warna kontras, dan imajinasi absurd. Sepertinya akan dipertahankan hingga akhir season. Oh, jangan lupakan musik-musik tahun 80-an. Asyik juga!

OVERALL SCORE: 8

GeNocite

  • Sewaktu scene di rumah sakit, apakah David benar-benar bisa teleportasi?
  • Cara Melanie menenangkan pikiran David, cukup menghibur.
  • Opening dan closing memakai lagu jadul nan catchy! Judul lagu di credit akhir: Hyperactive (1984) oleh Thomas Dolby.
  • Perpaduan The Eye dan belut di akhir episode… kasihan Amy.

 

Tinggalkan Balasan