Game of Thrones Review

[REVIEW] GAME OF THRONES Season 7 Episode 3: The Queen’s Justice

WARNING! Ulasan di bawah mengandung SPOILER Game Of Thrones Season 7 Episode 3!

Sebelum episode 3 tayang, banyak orang memprediksi tajuk utama yang akan ditonjolkan adalah pertemuan antara es dan api, a.ka Jon Snow dan Daenerys Targaryen. Pertemuan yang sudah ditunggu banyak orang. Memang betul pertemuan mereka sungguh membuat deg-degan dan gregetnya sesuai ekspektasi. Tapi ada satu kuda hitam yang membuat The Queen’s Justice sangat menarik, yaitu…

Lannister. House yang satu ini memang dibenci mayoritas fans, namun episode kali ini mengingatkan kita kalau Game of Thrones bukan apa-apa tanpa mereka. Cersei, Jaime, dan Tyrion mendominasi episode ini. Praktis penampilan mereka kali ini layak dinobatkan sebagai juara bersama.

King’s Landing
Beberapa kali Cersei sudah berhasil menuntaskan dendam kepada musuh-musuhnya, dan puncak acaranya ada pada hancurnya Great Sept dengan cara paling epik—yang tidak hanya membunuh High Sparrow, tapi nyaris separuh House Tyrell, bahkan pamannya sendiri, Kevan Lannister di Season 6.

Cersei kembali mendapat keadilan di episode ini, saat ia memberi Ellaria Sand pembalasan. Cersei meracun anak Ellaria satu-satunya yang tersisa, sama seperti cara Ellaria meracuni Myrcella. Bedanya, kali ini Ellaria dipaksa untuk melihat anaknya nanti mati keracunan dan tinggal bersama mayat anaknya di penjara bawah tanah, tanpa bisa berbuat apa-apa. Cersei memastikan kalau Ellaria tidak akan kehilangan satu momen pun. Bisa dibayangkan betapa mengenaskan nasib Ellaria?

Jaime dan pasukan Lannister bergerak menuju Highgarden dengan pertolongan ayah Sam dan Bronn. Tak sulit bagi pasukan Lannisters untuk menaklukan Highgarden. Tersisa Olenna yang kemudian diberi racun oleh Jaime. Sebelumnya Cersei punya opsi lain untuk membunuh Olenna, tapi Jaime cukup generous. Sebelum Olenna mati, Jaime akhirnya mengetahui fakta kalau Olenna-lah yang meracun Joffrey—bukan Sansa atau Tyrion. Nah loh…

euron
Gambar: HBO

Yup, judul Queen’s Justice juga berlaku untuk Cersei “Mad Queen” Lannister. Dengan cepat (baca: terlalu cepat), Cersei berhasil memenggal tiga aliansi Dany, sekaligus membalas dendam kepada dua pihak yang pernah mem-bully-nya dulu. Cersei masih cerdik, apalagi kini ada Euron yang mengepalai pasukan laut, bersandingan dengan Jaime yang menjadi pemimpin pasukan darat.

Ngomong-ngomong soal Jaime, entah interaksinya dengan Ollena akan membuka mata untuk berpikir ulang tentang Cersei.

Dragonstone
Secara mengejutkan (forget about time jump), Jon dan Ser Davos tiba dengan selamat di Dragonstone. Tyrion dan Missandei menyambut mereka di pantai. Inilah reuni antara Jon dan Tyrion setelah sekian lama. Interaksi mereka memang benar-benar impresif, dan makin ke belakang, makin top.

danyjon
Gambar: HBO

Oh iya, saya tak ingat kapan terakhir kali GOT menjadikan Tyrion sebagai salah satu major player dalam sebuah episode. Sudah lama sekali. Bahkan di season 6 pun tak banyak yang bisa dikulik dari si kurcaci. Dan finally, sekarang ini kita dibawa lagi untuk mengingat mengapa Tyrion pantas menyandang titel fan favorite.

Twist di episode ini sungguh sangat mulus. Tyrion mendeskripsikan bagaimana ia menciptakan kelemahan di Casterly Rock dan di saat yang bersamaan kita melihat scene Grey Worm/Unsullied menyerbu masuk kastil untuk merebut pusat kekuasaan Lannister.

Sekilas lancar-lancar saja. Rencana Tyrion dari episode satu terlihat akan berhasil. Namun secara brilian kita langsung digiring untuk menyaksikan Jaime yang berhasil mengakali rencana rapi sang saudara. Sebagian besar pasukan Lannister sedang berbaris untuk mengeksekusi Highgarden. Mengapa? Karena kini Casterly Rock tak berarti apa-apa. Bahkan Jaime juga dengan pede mengklaim bisa mengambilnya lagi.

Jon “Ice” Snow vs. Daenerys “Fire” Targaryen
Ada momen menggelitik ketika Missandei memperkenalkan Dany dengan sederet gelar prestisius nan panjang dan hanya dibalas secara awkward oleh Ser Davos saat memperkenalkan Jon sebagai… Jon Snow, King in the North. Udah itu aja. Ini bener-bener scene bikin ngakak. Hahaha…

Pertemuan pertama Jon dan Dany tidaklah bejalan mulus. Mereka sempat bersitegang gara-gara Jon tidak mau “tunduk” di hadapan Dany. Masalah pendahulu mereka di masa lalu diungkit lagi. Bahkan Dany—yang mempercayai dialah pemegang tahta yang sah—sempat mendeklarasi kalau Jon adalah pemberontak.

Namun, mereka lupa kalau masing-masing punya nasib yang mirip. Mereka mematahkan segala anggapan orang dan melakukan sesuai apa yang mereka percayai. Termasuk legenda yang mereka bawa masing-masing; Dany dengan naganya dan Jon Snow dengan Night King dan Army of the Dead. Kesamaan itu yang dilihat oleh Tyrion.

Tyrion adalah sang juru selamat. Dia meyakinkan Jon dan Dany untuk kembali berunding. Hasilnya tak terlalu buruk; Dany memperbolehkan Jon untuk menggali dragonglass. Nah, kalau begini hubungan Dany dan Jon sudah mengarah ke arah yang benar.

Winterfell
Sansa memamerkan skill leadership­-nya secara mulus dan tegas. Dia tiba-tiba jadi tahu banyak hal tentang persediaan makanan, hingga lapisan dalam dari sebuah body armor. Sansa mempersiapkan segalanya untuk mengantisipasi kedatangan long night.

bransansa
Gambar: HBO

Satu hal yang ia tidak persiapkan adalah reuninya bersama Bran. Yup, si anak laki-laki Stark yang masih hidup berhasil sampai ke Winterfell. Agak mengejutkan memang, mengingat episode lalu kita melihat Arya yang berkeinginan ke Winterfell. Hanya saja, jangan dibayangkan reuni yang riang gembira, pertemuan kali ini jauh dari kata “gembira”. Bran sudah berubah banyak dengan membawa gelar Three-Eyed Raven, mengesampingkan rasa kemanusiaan bahkan perasaan kepada saudarinya sendiri.

Bran yang sekarang bukanlah sang adik lucu yang Sansa kenal dulu.

CONCLUSION
Kualitas episode ini mengungguli dua episode sebelumnya. Meskipun ada isu tentang sinkronisasi waktu (perjalanan Jon, Invasi Euron, dan Grey Worm ke Casterly Rock), tetap tidak bisa mengalahkan sinar gemerlap ketiga Lannisters. Saya sangat merindukan scene Tyrion, dan kali ini saya terpuaskan. Dia sudah tidak bisa lagi memainkan peran minor seperti musim sebelumya.

Hal yang memuaskan lainnya adalah tentang pertemuan Jon Snow dan Daenerys. Saya suka bagaimana Jon memposisikan dirinya dengan penuh hormat. Meski Dany punya tiga naga dan ribuan pasukan Dothraki, tak serta merta Jon tunduk atau terintimidasi. Bahkan Jon berani untuk “melawan” sang Mother Dragon. Jon masih konsisten kalau ia juga tidak tertarik dengan game of thrones seperti pemimpin lainnya. Ia tetap fokus untuk melindungi orang-orang dari Night King.

Villain yang mulai naik daun, Euron, juga sangat menyenangkan untuk dilihat. Gayanya yang beda dari antagonis lain seperti Ramsay misalnya, membuat Euron terlihat unik. Apalagi ia punya keberanian untuk “menantang” Jaime dengan cara yang menggelitik.

OVERALL SCORE: 9

GeNocite

  • Jorah sembuh! Benar banget keputusan kita untuk meninggalkan nasib Jorah di tangan Sam. Meski tindakan nekatnya diapresiasi oleh Archmaester, Sam tidak mendapat reward atau hukuman. Lalu akan kemanakah Jorah? Mencari Dany?
  • Peran Littlefinger masih belum terasa di episode kali ini. Saya sempat mengira ia akan mendekati Sansa secara intens, namun ternyata masih jauh dari kata dekat. Hanya saja ia memberitahu Sansa bagaimana ia menghadapi semua perang dan kejadian yang ia hadapi selama ini.
  • Jon menghentikan Davos ketika akan mengungkap kalau Jon pernah bangkit dari kematian. Mengapa?
  • Varys dan Melisandre punya momen menarik. Penuh rahasia dan permainan kata-kata. Nice!
  • Ada pemeran Mycroft Holmes lagi, lho! Ya, aktor Mark Gatiss kembali lagi ke GoT setelah lama tak terlihat. Karakter yang ia mainkan bernama Tycho Nestoris dari Iron Bank.
  • Ada yang noticed lagu The Rain of Castamere diperdengarkan lagi?

4 thoughts on “[REVIEW] GAME OF THRONES Season 7 Episode 3: The Queen’s Justice

  1. Jangan lupa gan, kata2 sukarno juga dimuat di episode itu… Waktu unsullied menyerang castely rock… Yang mengatakan tyrion lannister

Tinggalkan Balasan