Review

[REVIEW] RUSH HOUR Season 1 Episode 1: “Pilot”

Mengadaptasi sebuah franchise film box office ke layar televisi memang mengandung resiko. Selain energi dari filmnya harus bisa diintepretasikan secara tepat, mau tidak mau serial akan selalu dibanding-bandingkan dengan versi layar lebar. Meski resikonya besar dan tidak sedikit yang gagal, adaptasi film ke serial atau vice versa justru malah menjadi tren di dunia hiburan saat ini. Rush Hour adalah judul teranyar yang ikut meramaikan tren tersebut.

Rush Hour punya premis yang unik. Menggabungkan dua polisi berbeda kultur (negro dan chinese) lengkap dengan sifat yang berbeda pula dalam membasmi para penjahat. Pemilihan aktor yang tepat menjadi nilai plus bagi Rush Hour. Penampilan apik Chris Tucker dan Jackie Chan berhasil membawa trilogi Rush Hour meraih pendapatan worldwide nyaris satu milyar dolar.

heli jatuh

Formula tersebut yang coba dibawakan ulang dalam Rush Hour the series yang ditayangkan oleh CBS. Fans pasti berharap Tucker dan Chan akan kembali bermain sebagai Detective Carter dan Lee. Namun serial ini memilih Justin Hires dan John Foo sebagai pemeran utama. Disinilah Rush Hour the series terlihat flop dibanding filmnya.

Carter merupakan seorang detektif negro yang bermulut besar, suka bercanda, sombong, dan sering mengabaikan instruksi atasannya. Namun tingkah minusnya tersebut justru menjadikan Carter sosok yang sangat lucu. Sayang sekali Justin Hires yang berperan sebagai Carter terlihat trying too hard to be funny. Hasilnya? Banyak sekali jokes yang keluar dari mulut Hires terdengar miss alias garing. Terlihat dibuat-buat sehingga penonton-pun seakan tak bergeming untuk sekedar tersenyum.

Di sisi lain Lee merupakan kebalikan dari sifat Carter. Ia adalah sosok detektif teladan, polos, dan punya kemampuan bela diri yang memukau. Sayangnya John Foo terlihat hambar dalam memerankan Lee. Meskipun ada satu-dua scene bela diri yang cukup keren (seperti adegan di bar), ekspresinya terlalu datar. Tapi jika dibandingkan dengan Justin Hires, performa Foo masih lebih mendingan.

Porsi action dari episode perdana Rush Hour memang cukup padat. Ada adegan tembak menembak, ada pula pertarungan menggunakan tangan kosong. Namun saya kehilangan atmosfer ketegangan saat melihat Lee berkelahi. Padahal dalam versi filmnya, aksi dari Lee (Jackie Chan) sangat ditunggu-tunggu penonton. Kita sama-sama tahu bagaimana kerennya Jackie Chan dalam meramu koreografi adegan bela diri. Sangat khas. Itu yang hilang dari Lee versi John Foo.

Dari segi cerita, Rush Hour the series merupakan remake yang sama persis dengan filmnya. Lee merupakan detektif dari Hong Kong yang menyelidiki “kematian” adik perempuannya, lalu pergi ke LA, dan akhirnya berpartner dengan Carter. Berdua mereka menyelidiki kasus kriminal yang dilakukan sindikat dari Tiongkok.

fight3

Sayangnya pengertian “remake” diartikan secara mentah oleh series creator Bill Lawrence dan executive producer Blake McCormick. Tidak hanya dari segi premis cerita, dialog-dialog dan lelucon dari filmnya bahkan digunakan kembali di dalam serial. Jujur saja agak mengecewakan mengingat kultur tahun 90-an berbeda dengan saat ini. Lelucon tentang rasisme yang dulu dianggap fresh dan berani, kini terdengar biasa-biasa saja.

Overall, Rush Hour the series masih belum menunjukkan performa yang diharapkan para fans, setidaknya di episode ini. Poin minusnya ada pada pemilihan cast yang kurang “hidup” dan alur cerita yang terlihat basi. Agak fatal sebenarnya, mengingat episode “Pilot” sering dijadikan landasan bagi penikmat serial untuk lanjut menonton episode berikutnya atau tidak. Kita nantikan saja apakah Rush Hour bisa memberikan kejutan menarik di edisi mendatang.

Tinggalkan Balasan