Review

[REVIEW] THE FLASH Season 3 Episode 3: “MAGENTA”

SPOILER ALERT! Harap menonton episode “Magenta” sebelum lanjut membaca ulasan di bawah ini

Tim Flash kedatangan tamu penting nan familiar di episode ketiga setelah Wells dan Jesse membuka gerbang dari Earth-2 menuju Earth-1. Barry sedang gencar mengadakan pendekatan dengan Iris. Tak lupa ada metahuman remaja labil yang menyusahkan Tim Flash. “Magenta” jadi episode pertama yang mengembalikan The Flash ke tradisi klasiknya di season ini.

Setelah dua episode yang cukup besar dengan mengambil judul sakral “Flashpoint” dan “Paradox”, The Flash kembali disibukkan dengan rutinitas beat the bad guys every week—untuk kali ini lebih ke beat the bad girl. Meta-human of the week bernama Magenta, remaja perempuan berkekuatan super yang dapat menggerakkan benda metal (mirip Magneto?). Dia punya dua kepribadian yang bertolak belakang dalam satu tubuh. Frankie King adalah persona versi normal, dan Magenta adalah versi jahatnya. Magenta berusaha mengambil alih 100% kesadaran Frankie, namun nan jauh di sana Frankie masih berjuang agar tetap sadar.

Frankie/Magenta adalah villain yang menarik—karena tak seperti mayoritas villain lain di acara ini, ia diberi background story agar penonton sedikit simpatik. Jadi terkesan penulis cerita ingin memberikan efek kedalaman bagi sang villain, namun sayang agak gagal dalam eksekusi karena cerita nan klise. Ceritanya, Frankie sering di-bully oleh ayah angkat yang abusif. Ketika kesabaran Frankie mulai habis, persona Magenta muncul menggantikan Frankie lalu menggerakkan tiang lampu pinggir jalan untuk dihantamkan ke badan sang ayah. Untungnya sang ayah tidak mati, tapi terluka parah sampai harus dirawat di rumah sakit.

Ketika Frankie dibawa ke CCPD, Julian yang annoying bisa dengan tepat menuduh Frankie adalah seorang metahuman. Julian tak segan mengkonfrontir Frankie meskipun dengan hasil akhir nyaris membunuh dirinya. Saya suka dengan scene di CCPD, interaksi Julian dengan Barry selalu menghasilkan output yang menarik. Kalau boleh jujur, Julian sebenarnya tidak annoying, dia cerdas, tahu apa yang harus dilakukan dan to the point. Sangat kontras dengan kepribadian Barry yang ceroboh, dan ada kesan kuat season 3 ingin menekankan jika Barry lebih inferior dalam hal pekerjaan dan peran sebagai speedster.

Aktris Joey King yang memerankan Magenta cukup brilian dalam berakting sebagai villain dan non-villain sekaligus. Mungkin agak too much di akhir-akhir episode tapi overall sih menyenangkan melihat villain remaja bermasalah. Apakah Barry tega untuk memukul dan remaja perempuan? Tentu tidak. Sebagai seorang gentleman, Barry memilih jalur diplomasi untuk menenangkan Magenta dan membantu Frankie mengambil alih tubuhnya.

re_magenta

Tambahan menarik di episode ini ada pada sosok Jesse Wells, atau kita panggil saja Jesse Quick! Wells sangat kuatir dengan Jesse hingga repot-repot kembali ke Earth-1 untuk meminta bantuan Tim Flash mengontrol kekuatan Jesse. Ditengarai insiden di season dua-lah yang menjadikan Jesse seorang speedster. Harry tentu menentang Jesse habis-habisan dan tidak ingin Jesse menggunakan kekuatan tersebut. Wells mencoba menyuruh Barry dan Caitlin untuk menyadarkan Jesse, namun tidak berhasil.

Justru Jesse-lah yang sangat membantu Barry mengalahkan Magenta. Jesse berhasil menggunakan kecepatan untuk membuat angin pendorong agar kapal tanker yang melayang tidak dijatuhkan oleh Magenta. Yup, Magenta masih sangat dendam dengan sang ayah angkat hingga ingin menjatuhkan kapal ke rumah sakit. Sementara Jesse membuat angin, Barry mencoba “ngobrol” dengan Frankie agar mengambil alih Magenta.

Menyoroti Tom Cavanagh sebagai Wells, ada sifat dan gesture yang berbeda di season tiga. Dari semua jokes sarkastik yang ia keluarkan, nyaris semuanya miss. Hampir tidak ada yang menggelitik. Mungkin ini hasil dari usaha Tom yang terlalu keras untuk memerankan seorang ayah yang sedang teramat gusar agar sang anak tidak menjadi superhero.

Pada akhirnya Wells tersadarkan jika ia tidak bisa membelokkan takdir Jesse sebagai speedster. Bahkan Wells menawarkan Jesse tinggal beberapa hari lagi di Central City. Menariknya, Wells memberikan kostum untuk Jesse, tapi sayang kita harus menunggu episode 4 untuk melihat Jesse berkostum speedster.

Anehnya, Wally yang di season 2 sama-sama terpapar dark matter justru tidak mengalami perubahan apa-apa. Wally melihat Jesse dengan sangat jealous. Ia ingin menjadi speedster untuk membantu orang. Joe dan Barry tidak berhasil meyakinkan Wally yang sempat ingin menabrakkan diri ke truk lalu diselamatkan oleh Jesse. Nah, disini tinggal menunggu waktu apakah Dr. Alchemy akan mengambil alih Wally? Kita tahu di timeline Flashpoint Wally adalah Kid Flash, dan motif Dr. Alchemy adalah mengembalikan kekuatan yang hilang dari para metahuman di Flashpoint. Kid Flash versi jahat mungkin?

resizeflash5

Dari seluruh scene di episode ini, saya masih kurang sreg dengan adegan percintaan ala Barry dan Iris. Mereka mencoba terlalu keras untuk bisa menjalin hubungan, padahal mereka sudah bersama-sama sejak kecil. Yang agak absurd adalah ketika Barry jauh-jauh membawa Iris kencan ke luar kota-agak terpencil-ratusan kilometer jauhnya-namun pada akhirnya ditinggal begitu saja karena Joe membutuhkan Barry. Seriously, Barry?

Episode ditutup dengan misteri Dr. Alchemy yang membuat The Rival mati (?) di penjara. Bersama dengan Julian dan Joe, Barry menonton sebuah video CCTV yang memperlihatkan The Rival dilempar-lempar oleh entitas misterius. Wow, metahuman jenis apa yang bisa melakukan hal tersebut? Apakah benar “hantu” seperti yang dikatakan Julian?

OVERALL SCORE: 7.5

GeNocite

  • Kemana Cisco? Literally dia memang muncul, tapi kita kehilangan Cisco yang biasanya bikin jokes. Di episode ini nyaris—bahkan tak ada sifat Cisco yang komikal.
  • Penampilan Jesse (Violette Beane) terbaik sejauh ini. Bikin meleleh….
  • Speed Lab? STAR Lab punya speed lab?
  • Ketimbang melihat Barry-Iris, lebih menarik Wally-Jesse. Betul?

Tinggalkan Balasan