Review

[REVIEW] EMERALD CITY Episode 1 & 2: The Beast Forever & Prison of the Abject

SPOILER ALERT! Harap menonton episode “The Beast Forever & Prison of the Abject” sebelum lanjut membaca ulasan di bawah ini

Awal tahun yang sibuk bagi NBC. Setelah menayangkan episode pertama dari season terakhir serial Grimm, tak lupa mereka menyuguhkan serial baru yang mengusung tema klasik The Wizard of Oz. Well, saya memang tidak membaca dongeng klasik karya L. Frank Baum tersebut, tapi nama “Oz” sudah malang melintang di dunia hiburan sejak lama. Pasti kalian juga pernah dengar, dong.

Emerald City adalah tambahan teranyar dari karya audio-visual yang mengadaptasi cerita klasik tersebut. Tentu saja versi NBC ini mendapat banyak upgrade mengikuti perkembangan jaman dan terinspirasi dari serial sejenis. Terutama dari serial yang sering dijadikan benchmark dari serial fantasi modern, apalagi kalau bukan Game of Thrones.

Sama seperti karya adaptasi kebanyakan, Emerald City banyak memodifikasi alur cerita agar terlihat fresh. Seperti misalnya sang tokoh utama Dorothy Gale (Adria Arjona), seorang perawat berumur 20-an tahun yang terjebak di dalam pusaran tornado saat mencari keberadaan ibu biologisnya. Setelah tersadar, Dorothy-dan seekor anjing herder bernama Toto-malah terdampar di tanah Oz. Lebih buruk lagi, ia tak sengaja membunuh Mistress of the Eastern Wood (Florence Kasumba).

Flashback sedikit, di dunia Oz ini ada tiga penyihir utama yaitu Wicked Witch of the West (Ana Ularu), Good Witch of the North/Glinda (Joely Richardsons) dan Mistress of the Eastern Wood itu sendiri. Terbunuhnya salah satu penyihir oleh Dorothy dipercaya sebagai kembalinya The Beast Forever, yaitu sebuah kekuatan mistis jahat yang super kuat. “Kunjungan” terakhir The Beast bisa diredam oleh seorang Wizard (Vincent d’Onofrio), penguasa tanah Oz. So, Wizard memerintahkan anak buahnya yang loyal, Eamonn (Mido Hamada) untuk memburu Dorothy.

promo
Gambar: Emerald City. NBC.

Ironisnya, dengan kesadaran penuh Dorothy justru ingin mencari Wizard untuk meminta bantuan.

Ya, awalnya Dorothy bertemu sebuah suku Tribal of Free Lands. Pertemuan yang tak terlalu menyenangkan karena dia diinterogasi akibat perbuatannya membunuh East. Sebagai hukuman, Dorothy disuruh mengaku langsung kepada Wizard. Tak sendirian, Ojo mengawal Dorothy sampai tiba di Prison of the Abject, sebuah “penjara” untuk menghukum orang-orang yang menyalahgunakan sihir. Okay, jangan bayangkan seperti penjara kebanyakan karena jauh dari image penjara konvensional.

Di sisa perjalanannya, Dorothy bertemu dengan beberapa karakter utama seperti:

Lucas aka The Scarecrow. Seorang pria yang digantung di sebuah salib kayu. Ingatannya hilang, namun kita kemudian tahu jika ia adalah seorang anggota tentara milik sang Wizard yang telah membunuh banyak orang. Entah dulunya ia orang baik atau jahat, namun Dorothy membangun chemistry secara cepat dengan orang ini. Sebuah teritori baru untuk karya adaptasi Wizard of Oz.

Mombi, Tip dan Jack. Mombi terlihat sebagai wanita tua biasa, namun ternyata menyimpan kekuatan sihir. Yang lebih misterius, Dorothy menemukan seorang anak kecil bernama Tip terkurung di rumah Mombi. Sang wanita tua mengklaim ia sedang melindungi anak itu, bukan menahannya. Namun Tip konsisten ingin dibebaskan. Temannya, Jack, sudah mencoba berkali-kali namun gagal. Kemudian dengan bantuan Dorothy dan Lucas, mereka bisa mengeluarkan Tip.

Menariknya Tip dan Jack bukanlah anak kecil biasa.

Wizard. Penguasa Oz sejak kedatangan terakhir kali dari The Beast Forever. Dia melarang penggunaan sihir di seluruh Oz, kemungkinan agar posisinya sebagai penguasa tetap aman. Dia sepertinya enjoy dalam memerintah Oz, terutama saat berhubungan dengan cardinal witches East, West, dan North.

vincent2

Sayangnya, karakter ikonik yang diperankan oleh Vincent D’Onofrio ini jadi karakter terlemah. Betul, D’Onofrio adalah aktor kawakan, namun entah kenapa pembawaannya kurang charming—kurang mengintimidasi sebagai karakter villain. Mungkin masih terlalu awal untuk menilai.

West dan Glinda. Sebut saja demikian karena nama mereka benar-benar panjang. West—yang menggunakan kostum serba hitam, jadi salah satu penyihir yang mampu menarik perhatian saya karena kelakuannya seperti pecandu narkoba. Sebaliknya, Glinda alias Good Witch of the North diperlihatkan sebagai penyihir anggun dengan kostum serba putih. Jelas terlihat mereka tidak menyukai Wizard. Mereka bisa saja melawan (toh mereka penyihir yang kuat), namun ada kesan mereka punya semacam deal dengan Wizard yang membuat mereka tunduk.


CONCLUSION

Permasalahan utama di dua episode awal ini adalah kurang menancapnya mitologi Oz, terutama untuk penonton baru. Dorothy dimaksudkan sebagai wakil penonton; seorang wanita yang tak tahu apa-apa terseret di dunia baru penuh keanehan. Harusnya dia lebih curiga, lebih waspada, dan lebih ingin tahu.

Sayangnya, Dorothy yang ditampilkan seperti cuek dan tak terpengaruh dengan keadaan sekitar. Padahal kita butuh tahu seperti apa dunia Oz itu. Akhirnya, kita pun sebagai penonton cenderung tak punya ikatan dengan dunia Oz dan cerita di dalamnya.

Ada dua aspek yang dibawakan oleh Emerald City dengan impresif. Pertama, diversifikasi para aktor dan aktris. Kedua, visualnya cukup memanjakan mata. Beberapa kali terlihat pemandangan yang jaw-dropping! Well, masih belum menyamai level Game of Thrones, tapi kita bisa melihat bawa ada potensi besar dari penggambaran dunia fantasi ala Emerald City ini.

Banyak kejadian menarik yang terjadi di dua episode premiere Emerald City. Pastinya sukses  mengundang rasa penasaran untuk menonton episode selanjutnya. Apakah hubungan Lucas dan Dorothy hancur setelah kejadian Lucas membunuh Mombi? Siapa sebenarnya Tip? Kok bisa-bisanya Tip berubah menjadi perempuan? Apakah Wizard benar-benar sesakti yang orang kira?

OVERALL SCORE: 6.7

GeNocite:

  • Buku The Wonderful Wizard of Oz (yang kemudian biasa disebut The Wizard of Oz) pertama kali terbit bulan Mei 1900.
  • Karya paling ikonik adalah sebuah film musikal yang rilis tahun 1939.
  • Pernah juga dibuat versi anime berjudul Oz no Mahōtsukai tahun 1986-1987.

 

Tinggalkan Balasan