Game of Thrones Review

[REVIEW] GAME OF THRONES SEASON 8 EPISODE 5: “THE BELLS”

Terkadang ekspektasi berlebihan menghasilkan kekecewaan terbesar. Mau se-ngefans apapun sama Game of Thrones, pastinya (sedikit) kecewa dengan perkembangan yang ada terutama sejak episode ketiga bergulir. Memang GOT masih lebih oke dari mayoritas serial TV lain, tapi come on, this is GoT. Series finale pula. Setuju nggak?

Yah, kecuali kalian tipe yang “elu kan nggak ikut kontribusi bikin seriesnya, ngapain protes!” atau “halah, udah nikmatin aja nggak usah banyak cingcong!” Saran saya, close tab browser ulasan ini.

Pasca Sang Beauty Consultant Tewas…
Tanpa Missandei, tampilan Dany amat berantakan. Rambut nggak dikepang apik, kantung mata terlihat seperti nggak pakai concealer. Jadi jelas ‘kan ya peran Missandei selama ini… Hahaha!

Dalam suasana duka, Dany jelas menunjukkan amarah terhadap Jon, marah terhadap Tyrion, dan utamanya marah terhadap Varys yang menyebarkan berita tentang asal usul Jon ke seluruh penjuru dunia. Tindakan amat ceroboh dari Varys yang notabene bergelar “Master of Whisperers”. Dengan begini gelar Varys berasa seperti master-of-nyebarin-info-pake-toa-bunuh-aja-gue.

Dan benar saja, disaksikan oleh Jon, Grey Worm beserta beberapa Unsullied, dan Tyrion, Dany mengeksekusi Varys di tepi pantai. Eksekutornya siapa lagi kalau bukan Drogon. Keren juga tiba-tiba kepala Drogon nongol dari kegelapan. By the way, saya sempat mengira kepala Drogon nongolnya kebalik lho.

Dari awal Varys adalah karakter penting—bahkan bisa dibilang krusial sejak season pertama. Ia juga terkenal salah stau orang jenius, dan seperti kata Varys, ia sudah melihat banyak pergantian kekuasaan (dan nggak jarang bikin skema). Langkahnya yang ceroboh ini menimbulkan pertanyaan: kenapa buru-buru sekarang?

Momen terakhir menjelang Varys dijemput Grey Worm pastinya menjadi langkah penting. Mungkin dari surat-surat itu, banyak pihak yang akan menyangkal Dany bila si Mother of Dragon sukses menduduki tahta Iron Throne dan memilih berada di belakang Jon Snow.

Saya suka alur kematian Varys, dimana Tyrion jadi aktor utamanya. Pengkhianatan Tyrion terhadap Varys itu salah satu momen the best di episode ini. Bukan sekedar pengkhianatan satu dimensi, tapi ada kesan kalau Tyrion juga sebenarnya ragu dan merancang plot tertentu di balik itu. Akan teramat keren kalau Varys masih bisa bikin skema bersama Tyrion meski ia sudah tiada.

Mad Queen vs Not-so-Mad-Queen
Di suatu scene yang agak aneh, Tyrion menemukan Jaime yang kebetulan tertangkap oleh pasukan Dany. Duo Lannister berbagi momen personal yang cukup mengharukan. Saking sayangnya Tyrion sama Jaime, ia bahkan merencanakan agar kedua saudaranya bisa kabur dan memulai hidup baru di Pentos.

Ah, pengorbanan yang teramat manis dari Tyrion—walau dia tahu, nyawa taruhannya.

Next! “Battle of King’s Landing” menjadi judul yang tepat untuk episode ini. Atau “Fire of King’s Landing”. Atau “Dragon Flying Above King’s Landing”. Atau “Aaaahh” mungkin? Karena dialog selama 60 menit ke didominasi teriakan “Aaaaah”.

strickland
Gambar: Game of Thrones/HBO

Dua hal yang pasti. Golden Company itu useless. Awalnya aja keliatan meyakinkan ternyata cuma bertahan beberapa menit sebelum dihanguskan Drogon. Agak disayangkan nggak ada peran berarti dari Golden Company.

Begitu juga dengan Iron Fleet. Sengaja memposisikan diri sebagai makanan pembuka. Sangat cepat diberangus, sampai saya bertanya kenapa nggak dari episode lalu saja iron fleet dihabisi kalau semudah ini. Atau mungkin butuh satu episode untuk pelatihan naga supaya bisa menghindari senjata scorpion dengan baik dan benar? Sayang Rhaegal telat ikut seminar itu.

Nyaris nggak ada perlawanan dari kubu Cersei. Ternyata pasukannya nggak se-ngeri yang dikira. Jon, Grey Worm, Davos, masuk dengan mudahnya ke King’s Landing. Easy win!

Cersei memandang tenang dari menara Red Keep. Saking tenangnya, sejujurnya saya sempat mengira kalau Cersei punya secret weapon dalam menghadapi Dany. Tapi zonk! Sampai bel tanda menyerah dibunyikan, tak ada langkah berarti dari Cersei.

Akhirnya Cersei menyerah dan merelakan tahta untuk Dany. Semua suka, semua senang. Hidup bahagia selama-lamanya.

Nggak ding, saya bercanda.

Dany nggak peduli bel tanda surrender itu. Drogon terus saja menyemburkan api tiada henti. Literally. Menghanguskan hampir seluruh populasi King’s Landing—termasuk para wanita dan anak kecil. Buat apa? Penonton paham kalau Dany pengen bikin perhitungan dan ingin sekali balas dendam. Bisa saja ‘kan ia langsung menuju Red Keep dan menyembur Cersei tanpa perlu jatuh korban terlalu banyak.

Masalah besar dari dua season lalu—selain tidak adanya dasar yang tetap setelah serial ini menyalip novel George R.R. Martin—adalah penonton tidak punya kesempatan untuk mendalami karakter, mengerti perasaan atau motivasi dalam melakukan sesuatu. Bila membaca bukunya, kita punya privilage tersebut: melihat motivasi dari masing-masing perspektif. Saya ragu apakah di akhir nanti kita bisa mendengar justifikasi dari mulut Dany atas perbuatannya di King’s Landing.

Jaime vs Euron & Cleganebowl

Dua pertarungan one-on-one akbar.

Euron yang secara ajaib bisa selamat dari amukan api Drogon terlibat pertarungan hidup dan mati dengan Jaime. Cukup bikin deg-degan karena Euron terlihat akan menang sebelum Jaime berhasil menghunuskan pedang ke perut Euron di detik-detik terakhir. Serius, scene ini bikin kuatir tentang nasib Jaime.

Pertarungan kedua tentu saja apa yang diharapkan para fans sejak lama: Cleganebowl! Setelah membunuh Qyburn kayak nepuk nyamuk, Clegane bersaudara akhirnya bertempur. Finally kita bisa melihat tampang asli Darth Vader, eh, The Mountain.

Fight scene-nya keren abis. Backdrop-nya juga (sebetulnya) “cantik”. The Mountain bukanlah lawan seimbang bagi The Hound, sehingga satu-satunya cara adalah bunuh diri bersama-sama dengan meloncat dari ketinggian. Begitu pikir The Hound sebelum matanya dipenyet The Mountain.

Bye-bye The Hound. Kematiannya menjadikan kata-kata “thank you” dari Arya punya arti yang sangat dalam. Arya and The Hound memang the best!

Aftermath…
Arya berlarian kesana kemari menghindari reruntuhan dan juga semburan api Drogon. Dia mencoba melindungi orang-orang, namun sayang mereka nggak selincah Arya. Pada akhirnya Arya selamat, mengendarai kuda putih dan keluar dari kekacauan. Mungkin setelah melihat pembantaian di depan matanya, Arya’s List kini bertambah satu nama. Dan itulah misi utama yang ia tuju sekarang ini.

aryahorse
Gambar: Game of Thrones/HBO

Nasib Arya berbanding terbalik dengan Jaime dan Cersei. Mereka akhirnya bertemu. Kalau saja kita tidak tahu backround mereka, pertemuan di Maegor Holdfast itu sangat manis. Untuk sedetik saya bisa melihat ketulusan antara dua sejoli ini. Tapi sedetik kemudian saya teringat Brienne. Okay, they deserve to die.

Cersei memohon agar Jaime bisa menjaga supaya mereka bisa hidup. Tapi tak ada jalan keluar disitu. Mereka terjebak, Reruntuhan Red Keep menimpa Jaime dan Cersei yang saling berpelukan. Hmmm… kematian yang agak gimanaaaa gitu buat dua main villain ini.

Di satu sisi memang tak terduga, karena banyak fans berteori jika Arya yang bakal membunuh Cersei. Atau karena tak sedikit pula yang percaya kalau Valonqar Prophecy bakal terjadi. Ramalan Valonqar sendiri secara garis besar memprediksikan jika Cersei bakal mati di tangan saudaranya (valonqar = adik laki-laki). Apakah ini berarti ramalan tersebut resmi jadi kenyataan? Secara teknis sih iya.

CONCLUSION
Raut wajah Jon Snow dan Tyrion cukup mendeskripsikan kekacauan yang terjadi di King’s Landing. Mereka terheran-heran kok tega Dany berbuat sekejam itu. Jauh dari rencana awal. Inikah realisasi dari penglihatan Bran tentang naga di atas King’s Landing?

Saya suka detail yang disajikan episode ini. Di samping cerita para karakter utama, justru nasib para rakyat King’s Landing lebih bercerita banyak. Dari ekspresi para anak kecil dan wanita, teror sebuah peperangan benar-benar terlihat nyata. Game of Thrones bukan semata-mata tentang pencarian kekuasaan, namun cerita tentang kemanusiaan.

Episode ini jelas kaya akan action. Miguel Sapochnik sang sutradara Battle of the Bastards dan Battle of Winterfell bisa mentranslasikan adegan perang dengan epik. Korban jiwa yang jatuh juga memunculkan kesan pahit di lidah—which is bagus untuk indikator kesuksesan. Namun entah kenapa mixed-feeling aja gitu setelah selesai nonton episode penultimate season 8.

Satu minggu lagi menuju episode terakhir. Jon, masih yakin untuk bend the knee kepada Dany?

OVERALL SCORE: 7.8

GeNocite:

  • Varys kayaknya mencoba meracun Dany. Dialog dengan anak kecil di awal-awal episode bisa mengindikasikan plot tersebut.
  • Versi lain dari musik Rain of Castamere pas momen final Cersei dan Jaime!
  • Fun fact, Tywin Lannister tewas di hari ayah 2014 silam, dan sekarang Cersei tewas di hari ibu (Amerika Serikat). Cersei sedang mengandung calon anak, so technically ia seorang calon ibu. Maksa nggak sih?
  • Okay, Arya gagal membunuh Cersei. Akankah ia jadi hero lagi dan berhasil membunuh Dany?

2 thoughts on “[REVIEW] GAME OF THRONES SEASON 8 EPISODE 5: “THE BELLS”

Tinggalkan Balasan