Game of Thrones Review

[REVIEW] GAME OF THRONES Season 6 Episode 6: “Blood of My Blood”

SPOILER ALERT! Harap menonton episode “Blood of My Blood sebelum lanjut membaca ulasan di bawah ini

Setelah episode yang mengharukan minggu lalu, Game of Thrones lagi-lagi menghadirkan sebuah episode yang menggugah melalui “Blood of My Blood.” Twist politik, titik balik, serta fakta-fakta baru yang tersingkap menjadi sajian utama kali ini. Dan yang terpenting, silahkan menonton ulang episode-episode terdahulu untuk memancing ingatan kalian karena ada beberapa karakter yang muncul kembali setelah sekian lama!

Setelah aksi heroik dari Hodor saat menahan pintu, tak butuh waktu lama untuk penonton mengetahui nasib Meera dan Bran yang sedang terancam di…

North

Meera menyeret Bran menjauhi kejaran para White Walkers. Bran, terus saja warging, berpindah dari satu penglihatan ke penglihatan lain. Melalui patahan scene nan cepat kita beberapa kejadian di masa lalu. Bran melihat kembali saat dirinya didorong jatuh oleh Jaime dari menara. Bran melihat Mad King saat berteriak “burn them all.” Bran juga melihat ayahnya, Ned Stark sewaktu masih muda. Tak lupa penglihatan tentang Night King yang ia dapatkan.

Meera kewalahan dan akhirnya terjatuh. Bran kemudian membuka matanya untuk memberitahu Meera jika para zombie menemukan mereka. Betul saja, sejurus kemudian suara-suara mengerikan terdengar tak jauh dari posisi mereka berada. Namun, sebelum Bran dan Meera dicincang oleh zombie, pengendara kuda yang serba hitam datang menyelamatkan mereka dengan penampilan yang misterius tapi keren. Dengan mudah ia membabat para zombie menggunakan sederetan senjata, mulai dari “bola api” hingga sabit berantai.

Lalu siapakah dibalik sosok misterius itu?

benjen

Finally, kita melihat karakter di dalam buku yang belum pernah diperlihatkan sebelumnya; Cold Hands! Well, meski di episode ini tak sekalipun menyebut “Cold Hands,” kehadiran sosok tersebut menjadi pembuktian terhadap fan theory yang selama ini beredar. Cold Hands adalah Benjen Stark. Saudara dari Ned dan paman Bran. Namun Benjen yang kita lihat sekarang, sebenarnya bukan full Benjen, karena dia sudah berubah, literally. Dia mengungkapkan jika setelah White Walkers menusuknya, The Children of the Forest menyelamatkan dirinya dengan Dragon Glass. So, Dragon Glass ini nampaknya bisa menghentikan seseorang dari “perubahan,” namun bisa juga digunakan untuk menciptakan White Walker. Saya sendiri belum terlalu paham dengan kemampuan Dragon Glass ini, tetapi kehadiran Benjen cukup mengalihkan perhatian saya untuk melupakan sejenak item misterius itu.

BACA JUGA: Benjen Stark? Coldhands? Sebuah Panduan Pasca GOT: ‘Blood of My Blood’

Kini Benjen menjadi pelindung the new Three-Eyed Raven aka Bran Stark. Meskipun Bran belum siap dengan takdir baru yang datang secepat ini, Benjen meyakinkan Bran untuk segera bersiap ketika The Night King datang. Cukup untuk menyimpulkan jika Bran nanti akan punya peran krusial dalam menghadapi Night King.

Tak ada Sansa dan Jon Snow dan Brienne di episode ini. Jadi kita akan langsung menuju…

Braavos

A girl with no name, a girl with a mission. Untuk ketiga kalinya Arya (atau “Mercy”) menonton pertunjukan drama komedi yang mempertontonkan kejadian saat Joffrey (diduga) diracun oleh Tyrion. Kemudian ada scene saat Tyrion membunuh Tywin. Arya terlihat cukup terhibur dengan drama tersebut. Kapan lagi kita melihat sunggingan senyum manis Maisie Williams di saat-saat seperti ini?

Lalu Arya teringat akan misi besar untuk meracuni seorang artis bernama Lady Crane. Begitu ada kesempatan, dia mengendap masuk ke backstage dan menaruh racun di minuman Lady Crane. Saat Arya akan keluar dari backstage, Lady Crane menyetopnya dan ternyata ia memperhatikan jika Arya sudah menonton drama tersebut berkali-kali. Arya terlibat dalam percakapan yang tak bisa ia hindari. Sesaat sebelum Lady Crane meminum racun, Arya secara mengejutkan menyambar tangan Lady Crane dan minuman beracun tersebut tumpah. Kemudian ia menunjuk salah satu teman main Crane sebagai pelakunya.

Pengkhianatan Arya ini dilihat oleh Waif yang kemudian melaporkan kejadian tersebut kepada Jaqen H’ghar. Tentu kita masih ingat janji H’ghar yang memperbolehkan Waif membunuh Arya jika Arya gagal melaksanakan misi. Untuk saya, tindakan Arya yang begitu cepat berpaling dari Faceless Man sedikit mengejutkan. Saya sempat mengira jika plot A girl with no name akan berlangsung lama. Tetapi melihat Arya menarik pedang kesayangannya dari bebatuan, membuat saya berteriak dalam hati: Arya is Back! Anyway, senang melihat Arya kembali memegang Needle. Tinggal menunggu waktu untuk melihat konfrontasi antara Arya vs. Waif. Bayangkan apa yang bisa dilakukan Arya dengan Needle-nya, setelah pelatihan keras di beberapa episode sebelum ini.

Kita tinggalkan Arya sejenak untuk menuju…

Horn Hill

Akhirnya kita melihat tempat asal Sam. Sebuah kastil elegan nan mewah House of Tarly. Di sini Sam berencana untuk menjadikan Horn Hill sebagai tempat tinggal Gilly dan “anaknya” Sam kecil. Sam sudah mem-briefing Gilly agar tak menyebutkan identitas sebagai Wildlings karena sang ayah, Lord Randyll, nampaknya sangat membenci Wildlings.

Sambutan hangat diberikan oleh Ibu Sam yang bernama Mellesa, dan adik perempuan Sam, Talla. Mereka senang dengan kehadiaran Gilly dan memperlakukannya bak keluarga sendiri. Kemudian mereka bersama-sama menikmati makan malam bersama Randyll dan Dickon (adik laki-laki Sam). Randyll bersikap kasar terhadap Sam, bahkan merendahkan anaknya sendiri. Gilly tak tinggal diam dengan menyanggah semua perkataan Randyll, namun tindakannya tersebut membuka kunci tentang identitasnya. Randyll tahu jika Gilly adalah Wildlings. Untungnya kebencian Randyll terhadap Gilly tak menular ke Meresa dan Talla.

Sam yang awalnya berniat meninggalkan Gilly dan Little Sam di dalam kastil agar mereka dapat hidup layak di sana. Tapi kemudian Sam menghambur masuk kembali untuk membawa serta Gilly dan anaknya. Sepertinya tak akan ada cerita ala telenovela dimana seorang menantu disiksa mertuanya…

 Kemanakah mereka akan pergi?

Sebelum mereka keluar dari kastil, fakta mengejutkan kita dapatkan di kediaman Tarly ini. Mereka ternyata memiliki pedang bernama Heartsbane. Pedang tersebut terasa spesial karena tebuat dari Valyrian Steel, dan sudah sangat langka di Westeros. Selain Heartsbane, pedang Valyrian yang lain dipegang oleh Jon Snow dengan Longclaw, dan Oathkeeper yang dipegang oleh Brienne. Oathkeeper adalah salah satu hasil tempaan dari pedang milik Eddard Stark, Ice.

heartsbane

Valyrian Steel sangat spesial karena menjadi satu-satunya (atau salah satu) senjata yang dapat membunuh White Walker. Fakta jika Sam mencuri Heartsbane dari ayahnya menjanjikan potensi yang menarik untuk mengikuti plot Sam lebih jauh.

BACA JUGA: Melacak Keberadaan “Valyrian Steel Blade” yang Tersisa di ‘Game of Thrones’

 

Kita lihat lokasi yang sempat absen minggu lalu,

King’s Landing

Kerja sama antara Lannisters dan Small Council benar-benar terlaksana saat Margaery dipaksa untuk melakukan “walk of atonement” oleh High Sparrow. Jaime membawa pasukan berjubah untuk menghadapi High Sparrow. Aksi Jaime saat menaiki tangga dengan kudanya benar-benar cool!

Sayangnya, tidak ada pertumpahan darah saat momen tersebut. Namun, kita bisa melihat jika High Sparrow benar-benar menancapkan paruh kepada Tommen dan Margaery. Dengan mudah High Sparrow membalikkan keadaan saat Tommen dan Margaery menyatakan supportnya terhadap Faith. Jaime dan Mace Tyrell tak berkutik. Cukup memuaskan melihat kamera menyorot raut wajah Jaime yang melongo dengan kejadian yang baru saja disaksikannya. Perpaduan antara shock dan rasa frustasi.

Selalu menyenangkan melihat akting Natalie Dormer sebagai Margaery. Kali ini dia mendapat porsi yang cukup banyak, sehingga para fans bisa puas menyaksikan momentum kebangkitannya. Agak disayangkan dia tidak jadi menjalani “walk of atonement” seperti Cersei dahulu (*muka mesum*). Namun apakah aksi Margaery ini murni dikendalikan oleh High Sparrow? Atau dia hanya berpura-pura dan sedang merencanakan plotnya sendiri? Trik apa yang ia sembunyikan?

holy alliance

Setelah kejadian tersebut, Tommen melucuti gelar Jaime sebagai Lord Commander of the King’s Guard. Kejadian ini mengingatkan penonton dengan tindakan raja sebelumnya, Joffrey, saat melakukan hal yang sama kepada Ser Barristan Selmy. Tidak lama setelah itu, Joffrey mati diracun. Apakah tindakan Tommen sekarang akan membuatnya bernasib sama dengan Joffrey? Well, siapa yang dapat menduga takdir Tommen dengan kepergian Jaime yang dikirim ke Riverrun untuk mengambil alih kastil House Tully dari Blackfish milik paman dari Catelyn Stark. Sekali lagi Jaime akan berada di Riverlands.

Riverrun

Ada scene menarik di sini ketika kita kembali menemui karakter yang telah lama hilang: Edmure Tully, saudara dari Catelyn. Kalau tak salah, terakhir kali kita melihat karakternya pada saat tragedi Red Wedding. Kemudian, siapa yang terkejut kalau episode ini kembali menampilkan Walder Frey? Betul sekali, dia kembali bersama dengan clue mengenai Brotherhood Without Banners. Ambil kembali Riverrun dari Blackfish!

Riverlands sepertinya akan makin memanas dengan Jaime dan Brienne yang sama-sama menuju ke tempat itu namun dengan agenda yang berbeda. Seperti yang kita tahu, Brienne juga sedang menuju Riverrun untuk mendapatkan support melawan Ramsay Bolton. Akan seru melihat keduanya bertemu kembali di masa yang akan datang.

Freys, Blackfish, Lannister, Brotherhood without Banners, Brienne, Jon… Saya berharap ada scene pertempuran akbar di season 6 ini.

East

Dany berubah menjadi sangat ambisius untuk menjadi penguasa. Di tengah perjalanannya menuju Meereen, dia mengobrol dengan Daario. Dany bertanya berapa kapal yang diperlukan untuk bala tentara dan kaum Dothraki “bersilahturahmi” ke Westeros. Menurut Daario, Dany ditakdirkan sebagai penakluk, bukan untuk duduk di Iron Throne. Implikasi ini tidak terlepas dari kiprah Dany selama ini yang sangat bagus saat menaklukan musuhnya, namun kurang berprestasi saat menjadi kepala pemerintahan (halo Meereen!).

drogon

Di tengah perjalanan itu, Dany menyuruh Daario dan kaum barbar yang dibawanya untuk berhenti. Kemudian dia pergi sendiri untuk mencari… Drogon! Berada di atas Drogon, ia terbang mengelilingi kaum Dothraki yang ketakutan. Yang dilakukan setelahnya adalah memberikan pidato penyemangat bagi Dothraki. Berhasil bagi mereka, namun kurang mengena bagi saya.

Entah mengapa saya kurang ‘klik’ dengan Dany setiap kali ia menyampaikan pidato yang berapi-api. Motivasinya untuk menaklukan Seven Kingdoms juga terlalu arogan. Jadi pertanyaannya, benarkah dia seorang heroine atau justru seorang villain? Kita mendengar ambisinya untuk pulang ke Westeros dengan cara yang keji. Kehancuran, kekacauan, dan kematian dalam skala besar pasti tak terhindarkan jika benar Dany berhasil pulang ke Westeros.

Conclusion

Kemunculan beberapa karakter setelah sekian lama menjadi kejutan yang manis dalam episode keenam ini. Meski tidak terlalu mengoyak emosi seperti episode sebelumnya, “Blood of My Bloods” menawarkan banyak sekali momen menarik. Benjen, Edmure, plot Jaime/Brienne, Sam dengan Heartsbane, Arya yang kembali menjadi “Arya,” Tommen/Margaery yang ada dibelakang High Sparrow, dan jangan lupakan Dany dengan Drogon. Semuanya fantastis!

Oh iya, penglihatan Bran saat ditarik Meera juga patut untuk di rewind atau diputar dalam mode slow-mo karena siapa tahu menyimpan fakta menarik yang tersembunyi.

Tinggalkan Balasan