Review

[REVIEW] FEED THE BEAST Season 1 Episode 1: “Pilot Light”

Premis yang unik sebenarnya sudah menjadi modal berharga bagi serial terbaru dari AMC, Feed The Beast. Kapan lagi kita melihat perpaduan antara kelamnya dunia kriminal dan suka duka merintis usaha restoran yang sarat akan makanan lezat?

Sungguh tak biasa untuk episode pembuka langsung menjejali penonton dengan plot yang begitu banyak. Hasilnya? “Pilot Light” terasa sangat mengenyangkan untuk ditonton. Namun di satu sisi, konflik yang sudah menumpuk mampu menarik perhatian penonton.

Karakter utama dari serial ini adalah Dion dan Tommy. Dion adalah seorang chef jenius, sedangkan Tommy adalah seorang sommelier (profesional di bidang wine). Keduanya harus terpisah karena Dion mendekam di dalam penjara.

BACA JUGA: [OVERVIEW] FEED THE BEAST: Racikan Antara Dunia Kuliner dan ‘Crime-Drama’

Saat pertama kita melihat Dion, dia adalah napi yang sedang memasak untuk para sipir penjara. Semua memuji makanan buatan tangannya. Kemudian datanglah seorang pengacara seksi yang mengabarkan jika ia bisa bebas bersyarat hari itu juga. Belum keluar dari penjara, ia sudah kembali ke kebiasaan lama, yaitu menghisap narkotik dan (ehmm) bercinta dengan sang pengacara di satu sudut penjara.

Di sisi lain, Tommy masih sangat terpukul dengan kepergian istrinya, Rie. Begitu pula sang anak yang sangat trauma, menyebabkan ia membisu. Tommy seperti kehilangan motivasi. Kerjaannya setiap hari hanya minum dan menyesali keadaan. Ia harus pergi ke support group bersama dengan orang-orang senasib. Disitulah kita bertemu dengan Pilar Herrera (Lorenza Izzo), seorang wanita muda yang juga kehilangan pasangan hidup. Besar kemungkinan dia menjadi love interest dari Tommy ke depannya.

Dion kemudian bertemu lagi dengan Tommy, namun kali ini dia membawa segudang masalah di belakangnya. Tanpa sepengetahuan Tommy, Dion sekarang ada di cengkraman mafia bernama Patrick Woichik alias Tooth Fairy. Cukup menggelitik untuk julukan penjahat besar. Namun bukannya tanpa alasan julukan tersebut disematkan pada Patrick Woichik, karena ternyata ia sangat gemar mencabut gigi dari korban-korbannya dengan tang yang selalu ia bawa kemana-mana.

mafia

Dion harus membayar hutang kepada Tooth Fairy. Satu-satunya jalan yang terpikirkan adalah membuka kembali restoran Thirio yang pernah ia jalankan dulu bersama Tommy (dan Rie). Nyaris sepanjang episode kita melihat Dion meyakinkan Tommy. Berkali-kali, berulang-ulang.

Belum cukup sampai disitu. Dion harus berurusan dengan seorang polisi korup yang menjadi korban kekejaman Tooth Fairy. Ia dipaksa menjadi informan agar polisi tersebut bisa membalas dendam. Posisi Dion kini semakin sulit untuk survive karena hidupnya disetir oleh pihak-pihak yang berkepentingan dengan dirinya.

So far, untuk episode perdana ini kita langsung dijejali dengan plot: Tommy yang lembek, Dion yang tergencet dua penjahat, TJ yang mengalami trauma, sedikit backstory kematian Rie dan usaha untuk membuka restoran baru. Bisa dipastikan keruwetan ini akan memakan banyak waktu untuk diselesaikan satu per satu.

tried

Tak lengkap rasanya jika tidak membahas visual makanan pada serial yang mengedepankan unsur kuliner. Saya suka setiap kali Dion “menari-nari” dengan luwes di dapur saat memasak, didiukung penempatan kamera dan musik yang elegan. Kontras sekali dengan kepribadian dia yang seorang pecandu narkoba dan bertempramen labil. Dion bisa mendeskripsikan makanan yang ia buat dengan begitu menggiurkan. Sukses membuat monster di perut saya bergejolak.

Overall, Feed the Beast punya premis yang menarik untuk diikuti meski terlampau ruwet. Buruk? Tidak juga. Saya justru enjoy dengan plot yang disajikan. Namun tak bisa dipungkiri, episode perkenalan Feed the Beast terasa cukup padat. Visual makanan bukan hanya sebuah pelengkap, namun memegang peranan pentingat—at least di episode ini.

Tinggalkan Balasan