Review Sherlock

[REVIEW] SHERLOCK Season 4 Episode 3: “The Final Problem”

SPOILER ALERT! Harap menonton episode “The Final Problem” sebelum lanjut membaca ulasan di bawah ini

The Final Problem menjadi seri pamungkas dari tiga minggu yang menyenangkan. Meski masih menyimpan berbagai problem fundamental untuk serial sekelas Sherlock, Mark Gatiss dan Steven Moffat tetap berhasil menyuguhkan sebuah cerita yang pada akhirnya bermaksud untuk menunjukkan jati diri Sherlock.

Minggu lalu kita diperlihatkan rahasia besar dari terkuaknya Eurus, saudari yang terlupakan dari Sherlock dan Mycroft. Ternyata Eurus juga menyimpan gen jenius keluarga Holmes, bahkan meski ia yang termuda, Eurus bisa dibilang lebih jenius dari kedua kakaknya. Kabar buruknya, kejeniusan Eurus menyempitkan konsep tentang moral yang ia punya.

Bagi saya, episode ini punya keindahan tersendiri. Pertama, mengupas backstory dari Sherlock dengan cara yang benar-benar brilian—terasa soft, tapi tetap konstruktif. Kedua, The Final Problem seperti layaknya menonton sebuah gameshow dimana para pemeran utama harus memecahkan puzzle dengan pilihan-pilihan super sulit. Seperti film SAW.


Eurus, Redbeard, Sherlock

Episode dimulai dengan sebuah adegan seorang anak perempuan, tersadar sendiri di sebuah pesawat besar. Seluruh penumpang entah pingsan atau sudah tewas. Sebuah telepon tiba-tiba berdering, dan terdengarlah suara Jim Moriarty!

Belum cukup horor? Scene selanjutnya memperlihatkan Mycroft dihantui oleh sosok anak perempuan, badut menakutkan, dan efek lukisan berdarah. Saya bahkan sempat mengecek apakah benar saya sedang menonton Sherlock. Di saat-saat genting, kita bisa lega karena kejadian tersebut adalah trik Sherlock dan John untuk menggali informasi tentang Eurus.

Menyimpan potensi bahaya besar, Mycroft mengurung Eurus di Sherrinford—sebuah situs rahasia di tengah perairan yang memang digunakan untuk menahan orang-orang “spesial”. Dari penampakannya Sherrinford lebih mirip seperti benteng modern untuk supervillain di film superhero.

sherrinford

Untuk yang mengikuti berita tentang Sherlock jauh hari sebelum season 4 tayang, disinilah twist mengejutkan terjadi. Sherrinford awalnya dikira sebagai nama Holmes ketiga, karena nama itulah yang pertama kali dipertimbangkan oleh Sir Arthur Conan Doyle untuk karakter utama detektif nyentrik kreasinya. Namun toh acara ini tak henti memperdaya para penonton.

Nyawa trio Mycroft-Sherlock-John sempat terancam ketika Eurus meledakkan 221B Baker Street. Namun kejadian ini belum ada apa-apanya dibanding apa yang menunggu mereka di Sherrinford.

Sebelum ledakan itu, Sherlock mulai mengerti alasan dibalik ia tak mengenali Eurus, meski hanya berbentuk fragmen-fragmen kecil. Poinnya, Eurus adalah sumber trauma bagi Sherlock semasa kanak-kanak karena diduga telah membunuh Redbeard, anjing kesayangan Sherlock.


“Escape Room” ala Eurus

Mayoritas adegan selanjutnya mengambil tempat di Sherrinford. Tidak butuh waktu lama untuk penonton tahu bahwa Sherlock sedang berada di kandang singa. Digadang-gadang sebagai tempat teraman, Eurus justru bisa menguasai para penjaga dan pimpinan disana. Menggunakan kekuatan sugesti, Eurus bisa mengendalikan orang-orang di sekitarnya.

Kekuatan macam apa ini? Supernatural-kah? Atau murni science yang bisa dijelaskan oleh akal sehat? Well, sayangnya tak ada penjelasan hinga akhir episode.

Sherlock, Watson, dan Mycroft dipaksa untuk bermain berbagai puzzle. Teka-teki yang benar-benar memaksa Sherlock untuk terlibat konflik antara otak rasional dan respon emosional. Taruhannya antara hidup atau mati. Di saat bersamaan Sherlock harus membimbing anak perempuan untuk bisa mendarat dengan selamat dari pesawat.

Oh, Moriarty juga “terlibat,” lho! Nemesis dari Sherlock ini muncul sebagai flashback. Lima tahun lalu Eurus meminta waktu tanpa supervisi untuk berbicara dengan Moriarty. Sebagai imbalan karena sudah membantu pemerintah, Mycroft mengiyakan permintaan Eurus—sebagai kado Natal juga. Sekarang, Moriarty muncul dalam banyak potongan video untuk menggenjot tensi Sherlock.

moriarty3
Miss me?

Ada sedikit ambiguitas dan pertanyaan. Apakah Eurus memprogram aksi Moriarty selama ini? Jika benar, tidak heran kalau Mycroft menyebut Eurus jauh lebih pintar dari Newton. Sayang resolusi tentang Moriarty kurang memuaskan sebab kita tahu dia diperlihatkan sudah mati tiga tahun lalu. Anyway, menyenangkan melihat kembali aktor Andrew Scott sebagai Moriarty. Kharismanya sebagai “Napoleon dunia kejahatan” tak pernah luntur.

Menjelang akhir, semua aksi gila dari Eurus diperlihatkan sebagai teka-teki metaforis untuk Sherlock. Sosok anak kecil di dalam pesawat adalah manifestasi rasa takut Eurus. Eurus hanyalah seorang perempuan yang ingin dicintai oleh kakak-kakaknya karena ia sadar ia “berbeda.” Eurus rela membunuh sahabat kecil Sherlock alias Redbeard (ternyata bukan anjing) agar bisa “bermain” dengan saudaranya itu. Demi mengulang kejadian itu, Watson pun dibuat nyaris tenggelam tapi Sherlock berhasil menyelamatkannya.


Sebuah Konklusi

So, dari satu setengah jam durasi apa yang kita dapatkan? Kita seperti tersesat dalam sebuah labirin. Tersesat dalam plottwist melodrama, memori-memori palsu, dan timeline yang sulit diterima.

eurus

Agak susah dicerna memang; Eurus yang sedari awal sangat menakutkan tiba-tiba berubah 180 derajat sebagai sosok perempuan yang broken. Tapi suka atau tidak, disitulah twist-nya. Cara seperti ini cukup efektif untuk memanusiakan seorang kriminal jenius.

Bagian terbaik dari episode ini adalah tensi yang terus meningkat sejak pertama kali Sherlock menjejakkan kaki di Sherrinford. Konklusinya juga memuaskan saat penonton dibiarkan untuk merangkai puzzle tentang masa lalu Sherlock sebagai satu kesatuan yang amat menyentuh.

Ya, kepribadian Sherlock selama ini yang suka menipu sahabat, membahayakan orang disekitarnya, dan kecanduan terhadap obat-obatan, tiba-tiba menjadi masuk akal. Semua tindakan tersebut bukanlah cacat emosional dari Sherlock, melainkan karena Sherlock memang tidak bisa “mengakses” emosi miliknya sendiri—thanks to Eurus.


Akhir dari sebuah Era?

Sepuluh menit terakhir terasa seperti perpisahan. Bersamaan dengan 221B Baker Street diperbaiki dan Sherlock berduet violin dengan Eurus, video Mary muncul seperti merayakan kemenangan persahabatan Sherlock dan John. Sherlock kini lebih terlihat sebagai manusia normal. Ia bahkan terlihat nyaman sekali menggendong bayi John, sambil tersenyum pula. Ia bahkan ingat nama pertama Lestrade. Wow, terasa sekali momen emosional bagi fans Sherlock.

watsonshoots

Terlepas benar atau tidaknya rumor kalau Sherlock berakhir di season 4, The Final Problem menyuguhkan aksi yang cukup menghibur meskipun masih meninggalkan banyak pertanyaan di benak penonton. Ending­-nya cukup elegan kalau memang dimaksudkan untuk salam perpisahan Benedict Cumberbatch sebagai Sherlock Holmes.

OVERALL SCORE: 7.5

GeNocite

  • Yang saya rasa wasting time adalah adegan dari Molly Hooper bilang ‘I love you’. Konklusinya tidak jelas
  • Terlalu banyak aktor dan aktris top. Penampilan mereka luar biasa, mulai dari Benedict Cumberbatch sampai Sian Brooke sebagai Eurus.
  • Hudson best moment? Mendengarkan lagu metal sambil membersihkan apartemen.
  • Kabarnya Mycroft lebih pintar dari Sherlock, tapi tidak terlihat saat mereka terlibat puzzle
  • Adegan Moriarty turun dari helikopter diiring I Want to Break Free-nya Queen… mind blowing!

 

11 thoughts on “[REVIEW] SHERLOCK Season 4 Episode 3: “The Final Problem”

  1. Thank You for your review,,keep your good work.
    baru nonton lagi terus baca review2nya makin menyenangkan jadinya,,

    anyway menurutku eurus memang sengaja menjerumuskan Sherlock kepermainan emosinya terutama pas bagian Mooly Hooper bilang I love you itu,,sjujurnya gk suka banget parts itu dan ngrasa gak penting juga dan bikin gregetan, maybe its why juga setelah sesi escape room itu sherlock kesel banget sampai hancurin petinya,.

  2. Ini review bahasa Indonesia pertama yang aku baca. ^^

    Tentang Molly:
    Entah kenapa aku malah berpikir bahwa tujuan Eurus yang sebenarnya adalah sebaliknya, yaitu membuat Sherlock mengatakan “I love you”. Eurus itu jenius, she can read him. Mycroft bilang peti itu untuk seseorang yang mencintai Sherlock, TAPI orang yang meninggal tidak akan menuliskan kalimat di peti matinya sendiri, kan? Yang menuliskan kalimat itu adalah orang yang ditinggalkan. Jadi, apakah Sherlock mencintai Molly Hooper? Tidak ada yang tahu, bahkan mungkin Sherlock sendiri pun tidak tahu (kecuali Eurus XD). All those trials are about Sherlock, like he said: Vivisection. Eurus cut him open and there’s Molly Hooper in it. Hohoho.

    Tentang Mycroft (yang tidak terlihat lebih pintar):
    Setelah puzzle pertama, Eurus menugaskan Sherlock untuk memegang pistol dengan satu peluru tersisa, seseorang harus mati nantinya. Mycroft tahu permainan Eurus akan berakhir bagaimana, makanya di puzzle kedua dia terlihat tidak kooperatif dan agak menyebalkan. “Manfaatkan temanmu, Sherlock, kau mungkin harus memilih salah satunya.” Semakin terlihat jelas di puzzle keempat ketika dia memprovokasi Sherlock. Kasus Victor Trevor menjadi gambaran akan seperti apa Sherlock jika harus kehilangan sahabatnya (lagi). Mycroft tahu itu. Dan dia juga merasa bertanggung jawab atas semua yang terjadi (Eurus dan Moriarty). Jadilah dia mengorbankan dirinya. Hiks. Mycroft love his brother so much. “I worry about him. Constantly.” (A Study in Pink); “Your loss would break my heart.” (His Last Vow); “I was there for you before. I’ll be there for you again. I’ll always be there for you.” (The Abominable Bride) T_T *cried in British accent*

    Well… hanya kebetulan atau orang-orang yang peduli dan sayang pada Sherlock, mencintainya tanpa syarat, semuanya berinisial MH? Mycroft Holmes, Molly Hooper. Oh, kita juga bisa menambahkan Martha Hudson ke dalam daftar. XD

    Cheers,
    Stelle

  3. Irene adler kemana tuh ? Ko ga muncul lg , padahal kayanya sherlock ky sedikit nyimpen hati gtu sama si irene adler.

  4. Shes never been a last child. Shes a middle child. Did you pay attention to the series? Shes 1 year older than sherlock. I have so many saying about your review that was a little bit uncanny, but well, we all have our own perspective and when I critiques some of your review doesnt mean youre wrong and im right. Well done

    1. Terima kasih sudah mampir ke GeekNonton:)

      Terima kasih jg untuk koreksinya.

      Mohon jangan segan untuk mampir lagi &
      mengkritik tulisan di sini. Kami senang ada teman2 yg ikut kritis kok

  5. baru saja nonton! Dan nangis! berkaca2 aja ding.
    Tentang “I love You” dg Molly menurutku itu semacam secercah harapan untuk kehidupan romansa sherlock kedepannya. Semakin manusiawi.

    1. analisis yang menarik!
      Make sense juga kalau scene itu jadi bukti kalau Sherlock mulai “bertransformasi” menjadi manusia

Tinggalkan Balasan