Disney Review

Review WandaVision Episode 1 & 2

WARNING! Ulasan di bawah mengandung SPOILER!

Sebuah era baru dimulai! Setelah penantian panjang, akhirnya serial pertama Marvel Cinematic Universe tayang di Disney Plus pada hari Jumat (15/1) kemarin. Proyek ini sekaligus menandai dimulainya serial MCU yang mengambil setting pasca film Avengers: Endgame.

Berbeda dengan proyek MCU selama ini, WandaVision bisa dibilang sebagai gambling-nya Marvel. Formatnya sungguh berbeda, mungkin bisa dibilang eksperimental. Betapa tidak, WandaVision mengusung genre sitkom! Hmmm…

Sitkom Klasik…Untuk sekarang

Seperti tayangan talkshow, sitkom multikamera adalah salah satu format tertua untuk televisi. Cara produksi yang cukup murah serta cocok dinikmati semua kalangan membuat format ini bertahan cukup lama. Satu problem biasanya diperkenalkan dan diselesaikan langsung dalam sebuah episode berdurasi 30 menitan. Setiap karakter punya signature yang mengena di hati para penonton. Yah, seperti kita dulu punya sitkom legendaris macam Bajaj Bajuri, atau OB (Office Boy). Masih ingat?

WandaVision adalah sebuah tayangan situasi komedi, klasik pula. Tak tanggung-tanggung, serial ini menyuguhi penontonnya dengan visual hitam putih khas sitkom tahun 1950an, dipenuhi humor slapstick, dan rasio layar 4:3. Mungkin yang tidak mengikuti MCU bakal merasa aneh dengan skema seperti ini.

Tapi bocoran aja nih, tak bisa dipungkiri kalau detailnya, sinematografinya, bahkan wardrobe­-nya, cukup menawan. Dalam long run, visual ini sangat mendukung atmosfer dari ilusi yang coba disembunyikan Wanda nantinya.

Dua Episode Pertama

Dikisahkan ada satu pasangan yang baru saja menikah dan pindah ke sebuah kawasan sub-urban. Dialah Wanda (Elizabeth Olsen) dan Vision (Paul Bettany). Tak butuh waktu lama untuk penonton mengetahui kalau dua orang ini punya kekuatan unik. Wanda bisa bermain “trik”, lalu Vision adalah android yang bisa menembus benda padat dan punya jokes “tidak bisa makan”. Di luar itu, Wanda dan Vision adalah pasangan biasa yang mencoba menyesuaikan diri di lingkungan baru serta berusaha mencari kebahagiaan. Simpel kan?

Gambar: WandaVision. Marvel (2021)

Tentu saja tidak. Kreator serial, Jac Schaeffer berhasil untuk memberi kesan apa yang terlihat tak seperti yang sebenarnya. Ia berhasil memberi kegelisahan pada penonton di sela-sela humor yang disajikan.

Permasalahan sehari-hari memang jadi fokus utama disini. Namun, perlahan keanehan demi keanehan terjadi.

Misalnya saja di episode premiere, Wanda dan Vision tidak ingat mengapa ada tanda “hati” di tanggal 23 Agustus. Lalu tetangga bernama Agnes mencium keanehan karena Wanda dan Vision tidak punya cincin kawin dan lagu kesukaan yang seharusnya awam dilakukan pasangan pada jaman itu.

Puncak konflik adalah saat Mr. Hart dan Mrs. Hart datang mengunjungi Wanda serta Vision. Mereka adalah bos Vision di kantor. Semula memang terlihat hanya humor semata, namun saat mulai ditanyai pertanyaan standar seperti “mengapa pindah kesini” atau “kapan menikah”, Wanda tidak bisa menjawabnya. Fantasi mulai runtuh.

Lalu di episode kedua, Wanda dan Vision bekerja sama untuk membuat sebuah pertunjukan sulap untuk acara donasi di daerah mereka. Bisa ditebak, banyak kekacauan yang terjadi. Utamanya karena Vision tak sengaja menelan permen karet sehingga merusak gear di tubuhnya (penggambaran via kartun…keren!). Hal itu menyebabkan Vision “mode mabuk” menunjukkan kekuatannya di khalayak ramai seperti terbang, menembus benda padat, dan mengangkat benda berat. Wanda harus berpikir cepat agar orang-orang dapat melogiskan pikiran mereka.

Keanehan terjadi karena sepanjang episode ada sesuatu yang mencoba mendobrak masuk dunia Wanda dan Vision. Dimulai dari radio yang tiba-tiba menyuarakan “Wanda, siapa yang melakukan ini” diikuti dengan remuknya gelas di tangan Dottie, lalu ditemukannya mainan helikopter berlogo pedang (dan berwarna!), serta keluarnya orang berseragam layaknya pemelihara lebah dari lubang gorong-gorong. Ada logo pedangnya juga. Namun Wanda yang terlihat hamil, tidak mau hal itu terjadi lalu memutar kembali waktu.

Wait, Wanda hamil? Wah segera punya anak dong.

Humor bikin Gelisah

Seperti yang sudah dibilang di atas, menonton WandaVision menimbulkan kesan yang sulit dijelaskan. Seperti sebuah anxiety atau kegelisahan di sepanjang episode. Humornya cukup menghibur, tapi kita tahu bahwa ada sesuatu nan gelap di balik tayangan yang fun ini. Kalau kalian pernah menonton serial Legion, nah mirip-mirip seperti itu.

Beneran deh, rasakan sendiri sensasinya.

Apalagi kalau kita tahu sejarah mereka berdua di film Avengers lebih ngenes lagi sebenarnya. Kita sama-sama tahu kalau Vision itu sudah tewas. Bahkan ketika peristiwa jentikan jari Thanos sudah kembali normal (Thanks, Iron Man), Vision tak terlihat hidup kembali. Di serial ini tidak dijelaskan kenapa Vision terlihat sehat walafiat. Saat itu, rasa trauma yang dirasakan Wanda saat kehilangan Vision memang memilukan.

Gambar: WandaVision. Marvel (2021)

Mungkin ilusi sitkom dengan segala kebahagiaan dan kenormalan didalamnya memang cocok untuk menyembunyikan rasa sedih teramat sangat dari Wanda. Saking sedihnya ia sampai menciptakan dunia sendiri yang ia rasa perfect. Di titik ini, Wanda bisa dibilang sedang mengalami mental breakdown.

Performa apik Paul Bettany dan Elizabeth Olsen

Buat yang mengikuti kiprah mereka berdua di MCU, pasti setuju kalau porsi mereka sebenarnya kurang banyak. Disini adalah remidi bagi masalah tersebut. Lihat saja bagaimana cara mereka menyajikan tek-tok humor khas sitkom melalui ekspresi dan gestur nan lucu. Jelas sudah, memerankan karakter yang sama namun dengan perbedaan genre bukan jadi masalah bagi Paul Bettany dan Elizabeth Olsen.

Siapa yang menyangka kalau Vision itu bisa jadi teramat lucu?

Kalau bisa memilih, mbak Olsen memang jadi most valuable player disini. Transisi dari ekspresi bahagia hingga ekspresi yang menunjukkan ketakutan teramat sangat, dapat divisualisasikan dengan sempurna.

CONCLUSION

Untuk sebuah set-up, WandaVision memang sangat berani. Dampaknya bisa signifikan: ada yang suka dan ada yang menghindari. Pendekatan visual hitam putih dan konsep jadul mungkin jadi alasannya. Penonton lama MCU pun pastinya akan mengernyitkan dahi ketika pertama kali menonton serial ini.

Tapi di sisi lain, visual hitam putih ini menunjukkan kelas Marvel dalam menyajikan sesuatu yang berbeda. Sebagai penguasa pop-culture di dunia saat ini, Marvel selalu mencoba mendobrak pakem-pakem tayangan superhero. Framework yang sudah dibuat oleh Jon Favreu di film Iron Man (sebagai film MCU pertama), berhasil dikembangkan dengan baik oleh jiwa-jiwa kreatif semacam Taika Waititi (Thor), James Gunn (Guardians of the Galaxy), Ryan Coogler (Black Phanter), dan kali ini kreator serta penulis cerita WandaVision, Jac Schaeffer.

BACA JUGA: Easter Egg WandaVision: Hal-hal Yang Terlewat di Episode 1 & 2

Clue dari teka-teki sebenarnya sedikit demi sedikit mulai terkuak sedikit demi sedikit. Tinggal penonton yang sibuk menebak-nebak. Siapakah sosok yang coba memasuki pikiran Wanda? Benarkah S.W.O.R.D.? Seberapa jauh Wanda bisa mempertahankan dunianya yang sempurna ini? Dan apakah Vision benar masih hidup?

OVERALL SCORE: 8.5

2 thoughts on “Review WandaVision Episode 1 & 2

Tinggalkan Balasan