Game of Thrones Review

[REVIEW] GAME OF THRONES Season 6 Episode 10: “The Winds of Winter”

SPOILER ALERT! Harap menonton episode “The Winds of Winter” sebelum lanjut membaca ulasan di bawah ini

Save the best for last. Bukan, saya bukan sedang membicarakan tentang judul lagu tahun ’90an yang sempat nge-hits. Tajuk utama Game of Thrones episode finale season 6 memang senada dengan lagu tersebut. Simply WOW! Konklusi yang sempurna bagi para fans. Banyak hal yang terjadi. Banyak hal yang dapat dipuji dari episode ini. Tema balas dendam, aliansi baru, teori lama yang akhirnya bisa dikonfirmasi kebenarannya menjadi sajian utama “The Winds of Winter.”

Episode ke-9 lalu sudah sangat epik ditampilkan. Dari situ membuat saya bertanya, apakah bisa season ini berakhir dengan episode yang lebih mengguncang? Jawabannya bisa! So, mari kita mulai perjalanan kita dari…

King’s Landing: The Vengeance of Cersei

Mengingat acap kali Cersei menjadi bahan lelucon, sepertinya para musuh lupa kalau dia adalah salah satu wanita paling berbahaya di daratan Westeros. Plot misterius yang ia rencanakan bersama Qyburn akhirnya terjawab di episode ini. Siapa korban Cersei?

Banyak. Puluhan—mungkin ratusan. Bahkan merenggut nyawa rakyat sipil.

Semua berawal dari persidangan Loras Tyrell dan Cersei yang diadakan di Sept of Baelor. Semua orang penting datang termasuk High Sparrow, Margaery, Lord of Highgarden, bahkan anggota Lannister, Kevan. Ruangan penuh dengan orang-orang yang (seharusnya) menjadi saksi atas keadilan yang akan diberikan kepada Loras dan Cersei. Namun Cersei tak hadir. Margaery—yang kita kenal sebagai wanita cerdas, merasa ada yang tidak beres. Dia mempertanyakan ketidakhadiran Cersei dan King Tommen. Padahal Cersei tahu konsekuensi jika ia tidak datang, tapi ia memilih tak beranjak dari Red Keep. Sayang, High Sparrow tidak memperbolehkan ia dan orang-orang keluar dari ruangan.

boom

Tak disangka, rencana besar Cersei sedang dijalankan. Dimulai dari Grand Maester Pycelle yang ditusuk berkali-kali dengan brutal oleh kawanan anak (little birds) arahan Qyburn. Kematian yang menyakitkan dan miris juga melihat anak-anak lucu yang sudah diajari untuk membunuh.

Di tempat lain, High Sparrow menyuruh Lancel menyeret paksa Cersei, namun Lancel justru mengejar salah satu anak kecil misterius yang memancingnya ke ruang bawah tanah Sept of Baelor. Bak seorang ninja kecil, anak tersebut berlari dengan menusuk Lancel sehingga membuat saudara Cersei tersebut jatuh kesakitan. Dengan terseok, ia melihat sekelebat cahaya lilin di ujung ruangan. Puluhan drum berisi cairan hijau yang kita tahu akan membawa petaka bagi siapapun yang berada di dekatnya. Lancel mencoba untuk mematikan lilin yang menjadi trigger, namun semua terlambat.

BOOOOM!! Sept of Baelor beserta isinya hancur berkeping-keping dibalut api berwarna hijau. Keren, tapi mematikan.

Malang bagi Loras yang baru saja berikrar akan menjadi pengikut the Seven. Malang bagi semua orang yang ada di dalam maupun sekitar Sept. Yang paling disayangkan para fans pria adalah kematian si cantik Margaery. Okay, sekarang waktunya para pria bersedih. Kalian boleh berduka dengan kepergian salah satu karakter yang paling enak dipandang.

Cersei melihat dengan penuh kepuasan dari balik jendela. Tak lama kemudian ia berjalan ke dungeon bawah tanah, tempat ia menahan Septa Unella. Dia mengutarakan semua unak-unek yang selama ini ia rasakan kepada Unella. Cersei memperkenalkan Septa Unella kepada Gregor Clegane (yang akhirnya membuka helm!). Kejadian berikutnya bisa dipastikan tidak berakhir baik untuk Septa Unella. Disiksa? Atau dijadikan zombie?

Tommen yang melihat runtuhnya Sept dari kejauhan, merasa bersalah. Ia tak menyangka sang ibu bakal senekat itu. Jelas ia merasakan juga kesedihan luar biasa karena kehilangan istri tercinta. Tebak apa yang ia lakukan untuk “menebus dosa?” Loncat dari jendela! Yup. Sang raja meregang nyawa dengan cara bunuh diri paling elegan yang pernah diperlihatkan Game of Thrones. Saya menyalahkan Cersei untuk kematian Tommen. Mungkin tidak secara langsung ia membunuh anaknya, tapi perbuatannya jelas-jelas jadi pemicu Tommen menyusul sang istri ke dunia yang lain.

Part yang mengejutkan adalah ketika Cersei menduduki kursi Iron Throne menggantikan Tommen. Dari satu sudut ruangan, Jaime yang baru kembali dari Riverlands melihat dengan sinis. Inikah akhir hubungan Jaime/Cersei? Apakah Jaime akan meninggalkan dan berbalik melawan Cersei karena telah “membunuh” Tommen? King’s Landing makin panas!

House of Frey: The Vengeance (Part II)

Again, balas dendam bukan hanya agenda milik Cersei saja. Di kediaman Frey, terjadi sebuah peristiwa yang tidak diduga-duga. Lord Frey mengadakan sebuah pesta aliansi antara Frey + Lannister, untuk merayakan kemenangan atas Blackfish. Dari sebuah scene, kita mengetahui jika Jaime justru tidak respek terhadap Frey. Kemudian Jaime dan pengikutnya meninggalkan House of Frey untuk menuju King’s Landing. Lalu siapa gerangan yang melakukan balas dendam?

Salah satu scene favorit saya ada di sini. Lord Frey yang ditinggal sendirian di hall, mendapati ada seorang pelayan yang mengantar makanan sejenis sandwich. Isinya bukan daging sapi, ayam, atau kambing, melainkan olahan daging anak dari Lord Frey sendiri. Yuckk! Dan pelakunya tidak lain tidak bukan adalah… Arya Stark dari Winterfell! Kemudian setelah membuka kedok aslinya, Arya menggorok leher Lord Frey. Persis seperti ketika Caitlin Stark digorok beberapa season lalu dalam tragedi Red Wedding.

arya.jpg

Arya benar-benar berubah menjadi predator berdarah dingin. Saya tidak yakin darimana ia mendapat teknik mengganti wajah. Apakah ia juga membunuh orang lain demi mendapat “topeng kulit” seperti yang dilakukan Faceless Men? Yang jelas, kematian Frey jadi kado yang menyenangkan di episode ini. List milik Arya pun masih panjang, dan jangan lupakan ada Cersei juga disitu. Menarik untuk melihat konfrontasi kedua wanita paling kuat dari segi kepribadian. Namun saya juga menantikan reuni akbar antar anak Stark yang masih hidup. Juga reuni Arya dan direwolf-nya, Nymeria.

Winterfell: The (new) King in The North!

Littlefinger mencoba mendekati Sansa dengan menyatakan bahwa impiannya adalah duduk di Iron Throne dan Sansa menjadi ratu. Kali ini Sansa tidak tergoda dengan bujuk rayu Littlefinger. Tidak mengejutkan, mengingat terakhir kali Sansa memegang janji Littlefinger, nasib Sansa berubah dari buruk menjadi lebih buruk lagi. Kasihan Littlefinger, kali ini plot dan skema yang ia rancang tak terlalu mulus. At least untuk sekarang…

Dalam sebuah perjamuan yang mempertemukan berbagai House, Wildlings, dan ksatria yang sebelumnya mendukung Stark kini saling berargumen. Intinya banyak dari mereka tidak mau mendukung Jon Snow sebagai raja baru di Utara. Namun keadaan berubah ketika si kecil nan pemberani Lady Lyanna Mormont berorasi. Pekikan suaranya benar-benar menggugah seisi ruangan. Hingga akhirnya mereka satu suara mengangkat Jon Snow sebagai The King in The North! Semua berkat si kecil Lady Mormont!

mormont2.jpg

Well, jujur saja semakin banyak Lady Mormont tampil, semakin menumpuk pula rasa suka para fans terhadap dirinya. Bella Ramsey—sang pemeran Lady of Bear Island adalah seorang scene stealer! Aktingnya yang begitu meyakinkan selalu menarik untuk ditunggu. Dengan kemunculannya yang minimum, Bella Ramsey bisa menggunakan kesempatan itu dengan sangat baik. Hasilnya? Dia menjelma sebagai salah satu fan-favourite.

Menarik untuk melihat Jon Snow sebagai raja baru di Winterfell, padahal ia sendiri lebih mendukung Sansa yang berdarah Stark murni untuk memimpin. Ketika para loyalis Stark mengagung-agungkan Jon Snow, Sansa tidak terganggu sama sekali. Puji Tuhan, keduanya bisa saling mendukung setelah episode lalu sempat terjadi pertikaian antara mereka berdua.

BACA JUGA: [REVIEW] GAME OF THRONES Season 6 Episode 9: Battle of The Bastards

Oh iya, sebelum pertemuan tersebut, Davos terlibat konfrontasi dengan Melisandre. Jon yang berada di ruangan tersebut mengetahui fakta jika sang Red Lady adalah pembunuh puti Shireen. Davos ingin Jon membunuh wanita tersebut. Melisandre sendiri tak keberatan untuk mati, namun ia percaya tugasnya belum selesai, mengingat Lord of Light masih punya agenda. Dia berjanji untuk menolong melawan White Walkers. Jon akhirnya mengusir Melisandre. Sang Red Lady berkuda meninggalkan Winterfell. Apakah Davos dengan mudah melepas kepergian Melisandre?

R + L = J

Teori di atas sudah bukan barang baru bukan? Akhirnya, saat-saat yang ditunggu tiba. Konfirmasi mengenai kebenaran teori tersebut ditunjukkan dalam episode ini. Saya sempat kaget, konfirmasi ini datang begitu cepat di season ke-6.

Sebelum Bran mendapat penglihatan, ia ditinggal oleh Benjen di luar the Wall. Dari perkataan Benjen kita tahu jika the Wall menyimpan magic dan spell yang mencegah para zombie melewatinya. Selama the Wall berdiri, tak akan bisa pasukan orang mati ke selatan. Itu artinya, Benjen termasuk yang tidak bisa melewati the Wall lagi.

BACA JUGA: Benjen Stark? Coldhands? Sebuah Panduan Pasca GOT: ‘Blood of My Blood’

Bran lalu melakukan warging dan melihat kelanjutan peristiwa di Tower of Joy. Eddard Stark menaiki tangga menuju puncak menara setelah menang atas King’s Guard. Ia menemukan Lyanna sedang merebahkan diri sambil bersimbah darah. Bisa ditebak jika darah tersebut berasal dari proses melahirkan yang tidak mulus. Kemudian terlihatlah sesosok bayi laki-laki mungil yang diserahkan oleh suster kepada Eddard. Lyanna menyuruh Eddard menyembunyikan identitas bayi tersebut dari Robert Baratheon.

Alasannya? Bisa disimpulkan dengan logika. Saat itu Robert sedang bertempur dengan Rhaegar Targaryen. Seluruh keturunan Tergaryen diburu oleh Robert. Masuk akal jika permintaan Lyanna itu terkait dengan ayah sang bayi yang merupakan seorang Targaryen. Sayang, Lyanna mati setelah itu.

babyjon

Bagaimana jika Jon Snow memang benar-benar keturunan Targaryen yang sah (bukan anak haram lagi)? Apakah dia berhak duduk di Iron Throne, lebih dari siapapun? Menarik untuk ditunggu bagaimana Bran membuka kunci untuk nasib Westeros yang kini berada di tangannya.

Meereen

Ada scene yang mengharukan antara Dany dan Daario Naharis. Dany memerintahkan Daario untuk tinggal, sementara ia akan berlayar ke Westeros. Daario sekuat tenaga menolak karena ia mencintai Dany. Well, Dany bergeming dan tetap menyuruh Daario tinggal di Dragon’s Bay. Yup, kini Slaver’s Bay berganti nama menjadi Dragon’s Bay, guys!

Setelah mengangkat Tyrion menjadi Hand of the Queen, Dany mempercayakan semuanya kepada Tyrion. Scene berikutnya menunjukkan kapal dengan jumlah yang sangat-sangat banyak berlayar mengarungi lautan. Ada Yara dan Theon yang merentalkan kapal-kapal itu kepada Dany. Ada Greyworm, Missandei, dan kaum Dothraki juga. Ada Varys juga yang secara mengejutkan muncul dengan cepat setelah mengunjungi Dorne. Tak lupa ketiga naga ikut beterbangan di atas kapal-kapal. Semuanya mendukung Dany dalam usahanya merebut kembali Westeros yang diyakini sebagai hak dari klan Targaryen.

Conclusion

Wow! Akhir yang benar-benar memuaskan untuk sebuah episode finale. Memang awalnya saya berharap jika “The Winds of Winter” berisikan konflik dengan Night King, dengan Jon Snow dan Bran yang jadi aktor utamanya. Namun ternyata produser menyuguhkan hal yang lebih baik lagi.

Tyriontunduk

Menantikan musim ketujuh akan sangat menyiksa bagi para fans setia Game of Thrones. Apa yang akan dilakukan Jaime kepada Cersei? Apa usaha Littlefinger untuk mengembalikan kehormatannya? Bagaimana dengan konflik Jon dan Night Walkers? Dimana Dany beserta pasukan barbar dan ketiga naganya akan berlabuh?

Begitu banyak plot menarik yang sayangnya harus kita tunggu sampai tahun depan untuk mengetahui jawabannya.

GeNocite…
  • Ada Samwell Tarly beserta keluarga yang menginjakkan kaki di Citadel. Tapi agak aneh memperlihatkan scene Samwell di saat seperti ini. Scene pendek yang terkesan random. Di satu sisi cukup excited melihat penampakan di dalam Citadel yang penuh dengan benda menarik.
  • Latar musiknya benar-benar keren! Dari awal hingga akhir benar-benar memanjakan telinga. Dengar saja alunan piano yang mendayu di awal episode. Kalau yang penasaran, silahkan cari judulnya: “Light of the Seven.”
BACA JUGA: [REVIEW] GAME OF THRONES Season 6 Episode 10: “The Winds of Winter”

7 thoughts on “[REVIEW] GAME OF THRONES Season 6 Episode 10: “The Winds of Winter”

  1. Kalau di novel bukannya banyak adegan nymeria ya? nymeria jadi pimpinan pasukan serigala, yang katanya lebih banyak dari tentara dari kerajaan manusia? trus dia selalu menyerang orang yang merupakan musuh dari keluarga stark, gak sabar aja gimana kalo nymeria ketemu arya yang udah jadi pembunuh pro keluar di tv…

  2. Penutup sempurna untuk season ini.
    Gara-gara soundtrack episode ini dan juga soundtrack Hold The Door, saya langsung beli album soundtracknya

Tinggalkan Balasan