Season Recap

STRANGER THINGS Season 1: Serial yang Memikat dari Netflix

Jika kalian sering berselancar di dunia maya—khususnya sosial media untuk mengikuti perkembangan dunia hiburan, Stranger Things adalah salah satu acara televisi yang akhir-akhir ini sering menghiasi berbagai topik pembicaraan. Rating tinggi dari berbagai situs review pastinya membuat siapapun penasaran tentang serial yang sulit dideskripsikan karena tema gado-gado yang diusung. Well, coba saja melihat trailer secara acak terlebih dahulu. Kalian hampir pasti akan mempunyai dugaan yang berbeda-beda. Apakah ini serial keluarga dengan tema anak-anak? Atau tayangan bertema horror? Atau justru sebuah sains fiksi?

Untuk saya sendiri, Stranger Things punya banyak nilai plus yang membuat serial ini wajib ditonton. Jujur saja saya jarang langsung jatuh hati terhadap serial televisi di menit-menit awal, namun Stranger Things sukses memikat dari episode perdana hingga pamungkas (hanya berjumlah 8 episode). Padahal ekspektasi awal tidaklah terlalu tinggi terhadap serial ini. Namun seiring saya menonton Stranger Things, saya punya satu alasannya simpel; serial ini mengambil formula terbaik dari karya legendaris populer seperti E.T., Alien, Poltergeist, Carrie, bahkan Star Wars. Makin bingung? Mari kita bahas satu per satu kehebatan The Duffer Brothers dalam meramu Stranger Things.

Plot Misteri Favorit Semua Orang

Semua orang suka misteri. Semua orang suka dibuat penasaran….

Mengambil latar tahun 80an di kota kecil bernama Hawkins, Stranger Things menceritakan kisah seorang anak bernama Will Byers (Noah Schnapp) yang menghilang secara misterius. Sang ibu, kakak, para polisi, dan sahabat-sahabat berusaha menginvestigasi apa yang sebenarnya terjadi kepada Will. Di saat yang nyaris bersamaan, muncul seorang anak perempuan misterius bernama Eleven. Penampilannya sungguh aneh; rambut dipotong cepak dan tidak lancar berbicara.

tahanan

Semua orang nyaris putus asa dalam menemukan Will, sampai akhirnya Mike (Finn Wolfhard), Dustin (Gaten Matarzzo), dan Lucas (Caleb McLaughlin) menemukan fakta jika Eleven bukanlah anak perempuan biasa. Eleven turut bertanggung jawab atas hilangnya Will dengan cara yang sangat aneh. Tak jarang juga mereka terlibat dalam kejadian yang tidak bisa dinalar akal manusia saat bersama Eleven.

Stranger Things Season 3 Segera Tayang, Ini Kumpulan Fakta & Teorinya

Di tempat yang berbeda, Ibu Will, Joyce (Winona Ryder), dan saudara laki-lakinya, Jonathan (Charlie Heaton) juga terlibat dalam peristiwa-peristiwa “supranatural” yang menguras tenaga dan emosi sebagai keluarga kurang fungsional. Yup, dari awal memang keluarga Will bukanlah keluarga yang harmonis. Joyce merupakan single mother dengan kondisi keuangan yang pas-pasan, dan Jonathan adalah remaja laki-laki penyendiri yang identik dengan permasalahan sosial dengan teman sebaya. Kehilangan Will seperti menjadi pukulan yang sangat telak bagi mereka.

Lalu kemanakah Will menghilang? Apakah ada hubungannya dengan Eleven?

Okay, tulisan ini tidak akan membahas plot secara mendetail, mengingat berpotensi untuk memunculkan spoiler. Satu hal yang pasti, serial ini banyak terinspirasi oleh novel awal Stephen King, dan film awal Steven Spielberg/John Carpenter di era 80an. Sure things, kalian yang tumbuh dewasa pada jaman itu akan banyak mengangguk-angguk, tersenyum seraya bernostalgia selama menonton film ini.

Rasa tegang hampir pasti didapatkan oleh penonton di setiap edisi. Bagusnya lagi, Stranger Things tak hanya berkutat dalam pencarian seorang anak yang hilang sebagai sajian utama, namun penulis cerita mampu menyelipkan latar belakang karakter-karakter utama dengan sangat rapi. Well, memang terkadang terasa seperti filler yang kurang penting, namun tidak sampai masuk taraf mengganggu. Contohnya seperti story-arc tentang Nancy (Natalia Dyer), kakak dari Mike yang menurut saya kurang diceritakan secara pas.

Cast Dengan Performa Brilian!

Apalah artinya cerita yang bagus namun tidak didukung dengan artis yang mumpuni? Untungnya hal tersebut tidak terjadi dengan Stranger Things. Satu kata: Brilian! Saya acungi jempol untuk siapa saja yang bertanggung jawab dalam pemilihan artis di serial ini. Nyaris semua karakter mampu ditampilkan dengan apik oleh para pemerannya.

lightchristmas

Salah satu yang menyedot perhatian saya adalah Winona Ryder, aktris yang sangat populer di tahun 80-90an. Karyanya yang paling terkenal adalah saat ia memerankan May Welland dalam film garapan Martin Scorsese, The Age of Innocence. Ia sukses memenangkan Golden Globe Award sebagai best supporting actress. Sejak saat itu, Winona banyak menghiasi panggung-panggung nominasi penghargaan bergengsi lain. Tak heran, dengan segudang pengalamannya berakting, Winona Ryder simply steal the show! Performanya sebagai ibu yang terpukul karena kehilangan anaknya benar-benar the best!

Eits, tak hanya berhenti di Winona saja. Stranger Things mampu menyihir penonton dengan  penampilan trio Finn Wolfhard, Gaten Matarazzo, dan Caleb McLaughlin—tiga bintang muda yang menjadi sorotan utama. Mereka lucu, likable, dan bagian terbaiknya adalah mereka benar-benar berperan seperti anak-anak. Salah satu komplain bila ada film yang mengangkat anak kecil sebagai pemeran utama adalah sering sekali mereka berakting sesuai script, sehingga dialog dan tingkah polahnya tidak mencerminkan anak kecil. Penulis script kadang kesulitan untuk memposisikan dirinya sebagai anak kecil, sehingga menghasilkan output yang kurang alami.

Namun tidak demikian dengan serial ini. Mike, Dustin, dan Lucas benar-benar hidup sebagai anak-anak di tangan aktor muda Finn, Gaten, dan Caleb. Mereka mengucapkan kalimat yang sangat anak-anak. Terkadang tidak diperlukan kalimat yang bertele-tele. Terkadang dialog berakhir menggantung. Terkadang mereka tidak bisa mengontrol kalimat yang dikeluarkan dari mulut mereka. Itulah yang dilakukan anak-anak.

Tidak diragukan lagi, Mike adalah pemimpin dari grup kecil kesayangan kita. Dia cukup dewasa untuk anak seukurannya. Dustin adalah karakter yang paling lucu dan menggemaskan dari semuanya, dan dia juga sering menjadi penengah ketika persahabatan mereka diambang perpecahan. Kebalikan dari Gustin, Lucas adalah tipe anak yang berapi-api, dan sering bertindak tanpa pikir panjang. Will, karena sepanjang season ini dia lebih banyak menghilang, tak banyak yang bisa dikulik dari karakternya. Yang jelas, keempat karakter utama dengan sifat yang berbeda tersebut menambah unik serial ini.

Fun Facts: Mike (Finn Wolfhard), Dustin (Gaten Matarzzo), Lucas (Caleb McLaughlin), Will (Noah Schnapp), dan Eleven (Millie Bobby Brown) mendapat peran setelah menyingkirkan 906 anak laki-laki dan 307 anak perempuan dalam proses audisi. Mereka berinisiatif untuk membuat group chat, bahkan sebelum sebelum proses syuting agar mendapat chemistry sebagai sahabat di serial ini.

David Harbour sebagai Chief Hopper—polisi yang bertanggung jawab menangani kasus Will menjadi karakter yang sangat menarik untuk diikuti kiprahnya. Di awal penceritaan, dia seperti ogah-ogahan dalam mencari Will. Namun seiring episode berjalan, progress karakter dia menjadi yang paling “ekstrem.” Saya suka bagaimana Hopper berubah secara drastis hanya dalam 8 episode saja. Semuanya diperankan begitu sempurna oleh David Harbour. Favorit saya adalah setiap scene yang ia lakukan saat bersama Winona Ryder.

jonathan chief

Tentu saja the best part of the show adalah Eleven, karakter yang diperankan secara total oleh Millie Bobbie Brown. Betapa tidak, Millie harus rela rambutnya dibabat nyaris gundul untuk peran Eleven. Keputusan yang sangat berat untuk gadis muda berusia 12 tahun. Tapi semua terbayar lunas dengan penampilan yang memukau dari Millie. Meski tidak banyak mengeluarkan dialog, gestur tubuh dan mimik mukanya sudah cukup untuk membuat penonton jatuh hati dengan performa Millie. Eleven sendiri merupakan karakter yang paling kompleks dan misterius di sepanjang serial ini berjalan. Dia adalah kunci dari peristiwa luar biasa yang dialami kota Hawkins.

Classic Movie Mash-up & Full of Cool Things

Keunikan serial ini adalah percampuran beberapa tema populer yang berhasil diramu dengan baik. Di satu episode kadang kita merasa bahwa Stranger Things merupakan serial petualangan sci-fi ala Alien, namun di waktu yang lain kita akan dibawa merasakan nuansa horor supranatural ala The Poltergeist, atau pertunjukan konspirasi sains ala X-Files. Bahkan tak jarang kita serasa menonton film remaja dengan unsur drama nan ringan.

ilmuwan2

The Duffer Brothers—Matt dan Ross—yang menjadi duet maut pencipta serial ini tak segan mengiyakan jika mereka memang terinspirasi dari King, Spielberg, dan Carpenter. Bagi penonton, apa yang disajikan The Duffer Brothers bukanlah sebuah penjiplakan, melainkan sebuah penghormatan. Hey, siapa yang langsung ingat dengan film E.T. saat melihat tiga anak kecil mengendarai sepeda di serial ini?

Referensi tentang film-film legendaris memang begitu melimpah di serial ini, dan berubah menjadi kekuatan utama dalam mengikat penonton. Star Wars? Check! Jaws? Evil Dead? Check! Night on Elm Street? Check! X-Men? Check! Dungeon and Dragons? Check! Wow banyak banget. Terkhusus judul terakhir yang saya sebut bukan merupakan sebuah film atau serial, melainkan tabletop role playing game yang sangat populer di jamannya. Bahkan musuh utama di film ini mengambil referensi dari permainan klasik tersebut.

Hmm, melihat banyaknya referensi (dan itu belum semua disebut), siap-siap untuk bernostalgia ya! Oh iya, tak lengkap rasanya untuk membahas salah satu poster Stranger Things hasil karya Kyle Lambert yang sangat bernuansa Star Wars. Poster inilah yang membuat orang banyak penasaran di awal-awal pengumuman Stranger Things.

poster by kyle lambert
Poster Karya Kyle Lambert. www.kylelambert.co.uk

Dengan segala referensi tersebut apakah berarti cerita Stranger Things akan mudah ditebak? Tidak, tidak sama sekali. Justru sebaliknya, Stranger Things berhasil membuat ketagihan dalam menonton karena plot yang sangat misterius khas film thriller klasik. Setiap episodenya mempunyai beat yang konstan meningkat.

BACA JUGA: [REVIEW] STRANGER THINGS SEASON 3 EPISODE 1: “Suzie, Do You Copy?”

Dari segi visual, Stranger Things sukses menggambarkan suasana kota tahun 80an. Begitu juga dengan teknik pengambilan gambar yang memanfaatkan efek film grainy untuk menghasilkan gambar “berpasir” which is pretty cool! Cukup memunculkan kesan jika sutradara tidak setengah-setengah dalam membawa era 80an di ruang bersantai kalian.

Namun hal yang paling saya suka adalah dari sisi audio. Main theme bernuansa retro yang diperdengarkan saat opening credits begitu catchy. Mampu menghidupkan mood yang diinginkan oleh The Duffer Brothers secara maksimal. Hal tersebut tak lepas dari karya brilian Kyle Dixon dan Michael Stein sebagai duo musisi yang bertanggung jawab untuk membuat latar musik untuk Stranger Things.

Breaking the (Netflix) Record

Stranger Things bukanlah serial biasa. Di 35 hari pertama penayangannya, serial ini mampu meraup 14.07 juta penonton di rentang usia 18-19 tahun. Angka ini sukses mengalahkan serial hits yang dimiliki Netflix seperti Daredevil Season 2 dan Making a Murderer yang masing-masing berhasil meraih 13.35 juta penonton. Cukup mengherankan mengingat serial ini pernah ditolak hingga 20 kali oleh tv network lain sebelum berlabuh ke Netflix. Tapi ingat, statistik ini dikeluarkan oleh pihak ketiga, karena Netflix sendiri tidak pernah terbuka kepada media jika ditanya jumlah viewer tayangan-tayangannya.

Hingga tulisan ini turun, berikut penilaian dari situs review ternama dunia:

  • IMDb – 9.1
  • Rotten Tomatoes – 90%
  • Metacritic – 78% (dari 34 critics)
  • Variety – 80
  • Time –80
  • Entertainment Weekly – 75

Sukses ini juga diikuti oleh musik-musik oldies yang digunakan di dalam Stranger Things seperti “Should I Stay or Should I Go” dari The Clash, “Heroes” dari David Bowie, dan “Waiting For a Girl Like You” dari Foreigner yang langsung populer kembali di layanan streaming musik Spotify. Hal ini persis sama seperti kejadian saat film Guardians of the Galaxy, saat musik-musik latar bertema 70-80an yang digunakan di sepanjang film kembali nge-hits.

Conclusion

Pecinta serial televisi harus menonton Stranger Things! Coba dulu menonton episode pertama, kalau tidak terpikat berarti ada yang salah dengan selera menonton kalian. Bahkan saya yang tidak suka hal yang berbau horror langsung jatuh hati di menit-menit awal. Kudos untuk The Duffer Brothers dengan karya yang luar biasa.

papan huruf

Atmosfer yang campur aduk berhasil disajikan dengan sangat apik. Horornya dapet, thriller-nya dapet, unsur petualangan serta konspirasi juga dapet. Dari awal hingga akhir selalu saja ada adegan yang membekas di ingatan saya. Hal tersebut tak lepas dari penampilan brilian para artis yang berperan di serial ini.

Penghormatan untuk karya Steven Spielberg, Stephen King, dan John Carpenter juga sangat unik ditampilkan. Influence dari karya ketiga legenda dunia literasi dan dunia hiburan tersebut memang melekat erat dengan serial ini. Kombinasi yang cukup keren, meskipun harus diakui plotnya terkadang ada yang tidak berhubungan atau justru menimbulkan banyak pertanyaan.

Final Score: 8.5


Follow kami di Twitter, Facebook, dan Instagram untuk mendapatkan info serta berita terkini mengenai perkembangan TV Series barat.

Sambut Stranger Things Season 2, Ini Fakta yang Harus Kamu Tahu!

3 thoughts on “STRANGER THINGS Season 1: Serial yang Memikat dari Netflix

  1. Gokil sih ini series bikin binge-watch banget! Nyesel baru tau tentang series ini padahal season 1 nya rilis udah lama 😀 Paling suka development karakter-nya. Gue rada sebel sama Nancy, tapi development nya di season ini sungguh menarik!

Tinggalkan Balasan